dengan bayang di kakimu. sebelum kau rela berdamai
dengan bumi; akhirnya bebas dari bayang.
padamu, dahi malam! dapat dibaca kedalaman bintang-bintang
tanganmu berjabatan. bagai sepasang burung mati terluka berpelukan
dan tertuju ke laut. kakimu agung
istirah dari kembara yang jauh.
jasadmu meluncur pergi; dan burung memburu
terengah terbang ke pantai;
wajah biru tanpa cacat tinggal sendiri,
gelap tak berujung, di mana Tuhan terlena
di bawah pelupuknya
(betapa tersingkap dunia dalam mata tertutup ini!)
di atas, awan bagai menumpuk; udara riuh
bunyi lonceng, malaikat gemerlapan
bergerak ke angkasa neraka, aroma jerami bangkit
dari padang terancam, di mana tukang pungut terakhir
tengah bergegas.
di jalan, kereta mati si miskin berguncang antara padang-padang
sebuah kuburan bermandikan desir uir-uir,
dipecut oleh angin. beberapa salib ditelan semak-belukar.
kau yang hina di antara yang dhaif
hanya beberapa hati suci melingkungimu
dengan senyap. penunjuk angin di menara lonceng tiga kali berkisar
membawa pesan dari awan: tapi baru saja wajahmu
kau singkap dalam kuburan, maka cahaya yang menakjubkan
menyentuh pelupukmu, membangunkan matahari
yang tertutup di seberang kubur. []
Pierre Emmanuel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar