Oleh
Adel el Gogary
“Presiden
Iran (kala itu, yaitu Mahmoud Ahmadinejad) bertekad bahwa dalam memajukan
ekonomi Iran, maka harus dilakukan peningkatan kemampuan penguasaan sains dan
teknologi atau ilmu pengetahuan untuk menggerakkan ekonomi Iran”
Saya
termasuk salah satu orang yang senang sekali mengetahui perkembangan
sosial,budaya, politik, dan kecanggihan sains dan teknologi dari negara
tetangga. Salah satunya perkembangan negara Iran. Iran merupakan salah satu
negara di Timur Tengah yang saat ini sedang mendapat kecaman dari AS atas
produksi nuklirnya yang di klaim membahayakan umat manusia. Padahal Iran sudah
berkali-kali mengatakan bahwa Iran memproduksi Nuklir untuk tujuan damai dan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan, bukan untuk digunakan memproduksi senjata
pemusnah massal. Namun AS sepertinya tidak ingin disaingi oleh negara Iran yang
perkembangan teknologinya yang semakin canggih.
Iran
menurut saya cukup cerdik –membangun basis pengembangan nuklirnya di bawah
tanah yaitu sekitar 75 kaki dari permukaan tanah dan tentu saja sulit
dihancurkan oleh AS karena keberadaannya berada di pusat padat penduduk. Pabrik
utama nuklir ini terletak dekat Natanz, 350 km dari selatan Teheran. Pabrik ini
mengerjakan pembuatan mesin-mesin sentrifugal (putaran) dan menampung 50.000
mesin sentrifugal, disamping laboratorium. Iran memang benar-benar
mempersiapkan ini semua. Iran meminta Rusia dalam merancang fasilitas sejenis
yang digunakan sebagai bunker/tempat persembunyian bagi prajurit dan militer
untuk menyelamatkan diri. Bunker ini mirip dengan bunker di Virginia dan
Pensylvania yang didesain untuk melindungi para pemimpin AS.
Iran
yang keras dalam mempertahankan keinginannya untuk memproduksi Nuklir ini harus
mendapatkan konsekuensi yang menurut saya sangat berat. Akibat yang harus
diterima oleh Iran adalah Iran harus menanggung embargo ekonomi dari banyak
negara. Iran sudah kenyang dengan berbagai sanksi, sudah 28 tahun Iran
mengalami sanksi itu, misalnya saja pada tahun 1995 Persiden AS Bill Clinton
melakukan embargo total pada Iran, lalu mengeluarkan UU D’Amato yang melarang
perusahaan-perusahaan asing untuk menanamkan modalnya di sektor perminyakan
Iran lebih dari US$40 juta per tahun, tapi Iran mampu melewati kesulitan itu
dan tetap dapat survive, karena ternyata tidak ada negara yang benar-benar
mematuhi peraturan untuk tidak bekerja sama dengan Iran, karena mereka butuh
pada Miyak Iran, seperti Inggris dan Prancis yang merupakan sekutu AS. Negara
ini tetap menanamkan modalnya yang besar pada bidang energi Iran.
Sanksi
lainnya yaitu dilakukan oleh Dewan Keamanan (DK) PBB. DK PBB melarang pejabat
dan pengusaha individu melakukan kunjungan ke Iran, jika melanggar maka akan
dibekukan asetnya karena akan dianggap terlibat dalam program nuklir Iran.
Selain itu sanksi lainnya adalah pembatasan negara dan lembaga keuangan
internasional yang akan membuat komitmen untuk melakukan hibah, bantuan
keuangan. Hal itu akan menghambat laju perekonomian Iran.
Seperti
yang kita tahu bila orang dihadapkan berbagai kesulitan, maka biasanya orang
akan cenderung kreatif untuk mencari peluang-peluang atau mencari solusi-solusi
yang memungkinkan untuk terlepas dari problem yang membelit negara ini. Iran
menjadi negara yang mandiri. Dulu Iran mengimpor gandum, sekarang menjadi negara
pengekspor gandum, kemudian di bidang kemiliteran Iran mengembangkan senjata
baru yang hebat, misalnya mampu mengembangkan rudal Shihab-1 yang mempunyai
daya jelajah antara 300-500 km. Shihab-1 ini merupakan teknologi yang ditiru
atau dicangkok Iran dari Rudal Scud-B Rusia yang berdaya jelajah 300 km dan
Shihab 2 yang merupakan hasil dari meniru teknologi rudal Rusia yaitu Scud-C.
Negara
ini mampu mencangkok atau meniru serta mengembangkannya lebih lanjut dari
senjata rudal milik Rusia yang sebelumnya digunakan oleh Iran. Selain itu juga
Iran juga mengembangkan kemampuan militer yang mampu menangkis dan menghantam
target AS di kawasan Teluk dan Irak yaitu Shihab 3, yang dapat membawa 3 hulu
ledak perang sekaligus. Kemudian di bidang telekomunikasi Iran berhasil
meluncurkan satelit ke luar angkasa. Selain itu bidang lainnya Iran mampu
mengkloning dan membuat mesin mobil sendiri. Iran termasuk negara yang berhasil
membangun nuklir sampai berkembang dengan cukup berhasil.
Hal
ini terjadi karena Presiden Iran (kala itu, yaitu Mahmoud Ahmadinejad) bertekad
bahwa dalam memajukan ekonomi Iran, maka harus dilakukan peningkatan kemampuan
penguasaan sains dan teknologi atau ilmu pengetahuan untuk menggerakkan ekonomi
Iran. Seperti yang kita tahu bahwa Iran ratusan tahun lalu merupakan pusat ilmu
pengetahuan, kebudayaan, filsafat, kedokteran, dan ilmu astronomi, di saat
negara Eropa berada di dalam kegelapan.
Menurut
sumber lain, jumlah ilmuwan dan teknokrat yang bergerak di bidang penelitian
dan pengembangan pada tahun 1987-1997 perbandingannya adalah 560 orang untuk
tiap 1 juta Penduduk Iran. Jumlah ini tentunya sangat memadai untuk
pengembangan teknologi di bidang militer. Kita juga dapat belajar dari Iran
bahwa saat ini dibutuhkan kebijakan pemerintah yang berpihak pada kepentingan
ilmu pengetahuan dan sains dan teknologi. Selama ini anggaran untuk riset dan
teknologi selalu dipangkas untuk kepentingan lainnya.
Sumber:
Ahmadinejad The Nuclear Savior of Teheran Book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar