Oleh
Mas
Hendrajit
Di
tengah memanasnya kampanye Pilpres 2014, baik kampanye putih-hitam ataupun
gelap, saya melihat gelagat Inggris sedang
melancarkan Perang Asimetris dan aksi destabilisasi, dengan menunggangi bara
api Pilpres 2014. Tujuannya, menguasai geopolitik di wilayah NKRI melalui
Perang Asimetris. Tebar Isu, Rumuskan Tema Sebagai basis gerakan, lalu skema
sesungguhnya dimunculkan.
Perang
Asimetris untuk menaklukkan secara budaya sebuah negara, bahkan sebuah kawasan,
sudah sering dperagakan oleh Inggris. Inggris
memang jagonya Perang Asimetris. Pada Perang Dunia I, sewaktu Inggris perlu
bantuan suku-suku Arab buat menggalang kekuatan menaklukkan Turki, Inggris
menurunkan Kapten Thomas Edward Lawrence, doktor Arkeologi yang kemudian
direkrut jadi agen intelijen, untuk merajut Arab-Arab itu, dengan merangkul
salah satu penguasa suku bernama Syarif Husain.
Namun
pada perkembangannya kemudian, secara diam-diam Inggris melalui sosok lain
sejenis Lawrence, menggalang persekutuan dengan Abdul Aziz bin Ibnu Saud, yang
kelak merupakan penguasa Arab Saudi. Jadi, meski Inggris merajut suku-suku Arab
melalui Syarif Husain, saat yang sama Inggris juga melakukan devide at impera,
dengan menciptakan kekuatan pengimbang di kalangan suku-suku Arab melalui
dinasti Ibnu Saud.
Setelah
kedua kekuatan itu berbenturan dan nyaris Ibnu Saud menaklukkan dinasti Syarif
Husain, tiba tiba Inggris turun tangan, menengahi kedua kubu. Akhirnya Ibnu
Saud dapat Arab Saudi, dan seluruh Pantai Arabia. Dinasti Syarif dikasih Irak
dan Jordan. Karena meski Arab Saudi dan
Jordan sekarang sama-sama di bawah payung Dewan Kerjasama Teluk/GCC, yang dalam
kendali Rockfeller dan Rothschild, namun karena sejarah masa lalunya, tetap
rentan untuk dipecah belah kembali.
Maka
ketika Inggris berhasil menaklukkan Turki pada perang dunia I, berkat jasa
suku-suku Arab yang dirajut Lawrence, namun pemenang sejatinya adalah Inggris,
karena janji Inggris untuk menghadiahi Arab-Arab itu sebuah negara bangsa telah
diingkari, dengan alasan adanya perpecahan serius antara kubu Syarif Husain versus
Ibnu Saud. Jadi meski kelak Arab-Arab itu akhirnya berhasil bikin negara, tapi
negara bangsa mereka itu tetap jadi boneka Inggris. Seperti Arab Saudi, Kuwait,
Bahrain, Uni Emirat Arab, Jordania, dan Irak.
Maka
Indonesia, dengan menyerap pengalaman sejarah Inggris lancarkan Perang
Asimetris di Timur Tengah, kiranya kita di sini sudah punya gambaran yang cukup
jelas dan terang benderang. Lantas,
wilayah NKRI mana yang sedang jadi incaran penguasaan geopolitik Inggris?
Menurut beberapa informasi, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Kalau
benar Jawa Barat dan Sulawesi Selatan sedang menjadi sasaran penguasaan
geopolitik kepentingan-kepentingan asing yang bermain di Indonesia, kita harus
siap mengantisipasi isu apa yang akan mereka tebarkan dan tema apa yang akan
mereka usung sebagai basis gerakan, sebagai tahapan awal Perang Asimetris yang
mereka lancarkan.
Sekadar
informasi, Jawa Barat merupakan basis sosial calon presiden Prabowo Subianto,
sedangkan Sulawesi Selatan merupakan basis sosial pendukung Calon Wakil
Presiden Jusuf Kalla yang berduet dengan Jokowi. Maka dari itu, meski kedua
kubu semakin mengerucut dan tajam menuju pencapresan Juli 2014, hendaknya
kewaspadaan menghadapi skenario semacam ini, harus menjadi fokus perhatian
seluruh anak bangsa. Seperti ungkapan orang-orang bijak: Kita berharap yang terbaik, namun
harus siap menghadapi kemungkinan yang terburuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar