Karya
puisi Tina K, adalah karya sastra yang memenuhi kebutuhan jaman dalam
perkembangan dan kemajuan sastra modern di Indonesia. (Leonowens SP, Esais dan
Sastrawan)
Tina
penyimak hati yang baik, pencatat rasa yang cermat. Puisi-puisinya hemat kata,
kadang amat hemat, namun dengan memberi tempo pada renungan saya sampai ke
indah-nikmatnya. (Adek Alwi, Penyair)
Di
tengah meruaknya sajak-sajak prosa dalam kesusasteraan Indonesia mutakhir di
harian edisi minggu, sajak-sajak Tina K. adalah sejumlah karya alternatif yang
kembali menghidupkan puisi sebagai bentuk pengucapan yang padat, di mana sebuah
puisi mampu memberikan kekayaan pembacaan justru karena takdir enigmatiknya,
menampung sebanyak informasi dalam sebuah fragment dan serpihan, yang justru
dengan itulah puisi mampu membuka diri bagi heterogenitas pembacaan atau pun
penafsiran. (Sulaiman Djaya, Esais dan Penyair)
Puisi-puisi
Tina K serupa kartu pos bagi saya: berpesan ringkas, berusia panjang dalam
ingatan, dan estetik. Saya sering merasa diri bersalah karena menyukai lagu
kesedihannya, warna lukanya, dan sebaris penantian yang meletihkan. Namun
dengan ujaran yang sederhana, kerinduan dan cintanya membuat saya ingin
berendam di dalamnya. (Kurnia Effendi, Penulis memoar Hee
Ah Lee, “The Four Fingered Pianist”)
Puisi
menggunakan kata. Prosa menggunakan bahasa. Tina K yang selama ini
dikenal sebagai pengarang cerpen tampaknya tahu betul membedakan hal itu. Saya
merasa ada makna-makna tersamar yang saya nikmati dari susunan kata-kata yang
dia pilih. Lalu yang penting, kemampuannya menulis cerpen, membuat imaji-imaji
dalam puisinya terasa utuh. Menyenangkan sekali. (Kurniawan Junaedhie,
Penyair)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar