The Tao of Physics: An
Exploration of the Parallels between Modern Physics and Eastern Mysticism
telah menciptakan aliran penulisan yang baru yang menghubungkan ilmu
pengetahuan dengan spiritualitas, dan masih menjadi perhatian karena kegemparan
yang dibawanya tentang hubungan yang sebelumnya tidak diketahui. Diterbitkan
pada saat ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berjaya, buku ini terasa
menakjubkan karena memadukan ilmu pengetahuan modern dengan fenomena alam yang
aneh, yang telah dideskripsikan dan dijelaskan oleh literatur spiritual
berabad-abad yang lalu.
Capra menuliskan bahwa jagad
raya yang dibayangkan oleh Issac Newton pada abad 17 bersifat mekanis, mesin raksasa
yang terdiri dari benda-benda yang begerak yang, jika anda mengetahui hukumnya,
bisa diprediksi sepenuhnya. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini memiliki
sebab yang pasti, dan setiap peristiwa mempunyai efek tertentu. Waktu dan ruang
terpisah, dan jika seseorang mengamati dari jarak yang cukup dekat, semua benda
bisa diuraikan hingga ke intinya. Tetapi Teori Relativitas Einstein menunjukan
bahwa benda tidak memiliki kepadatan seperti yang dirasakan oleh indra kita.
Benda bukanlah “benda” melainkan energi yang mengambil rupa dan rasa suatu
bentuk. Dunia ini tidak solid melainkan terus bergerak.
Ahli fisika kuantum
pertama membuktikan teori ini dengan penemuan mereka bahwa materi, ketika
diamati hingga ke bagian yang sangat kecil, lebih baik dipahami sebagai suatu
medan di mana bentuk bentuk energi-proton, elektron dan sebagainya –tak henti
henti bergerak. Dan kontras dengan jagad raya “bola billiard” versi Newton,
dimana sebuah objek diduga mendorong objek lainnya untuk melakukan hal-hal
tertentu, dunia versi Fisika Kuantum jauh lebih cair, tidak terikat pada
hubungan sebab akibat yang kaku. Para pelopor Fisika Kuantum, Werner Heisenberg
dan Niels Bohr tidak bisa mempercayai sepenuhnya hasil dan implikasi sebagian
dari percobaan mereka sendiri seperti berikut ini:
[1] Partikel seringkali
muncul di tempat-tempat yang tidak mereka duga.
[2] Mereka tidak bisa
memprediksi kapan peristiwa sub-atomis tertentu akan terjadi, hanya bisa
mencatat probabilitas terjadinya peristiwa tersebut.
[3] Tekadang partikel akan
terlihat oleh para pengamat sebagi partikel, kadang tampak menyerupai pola
gelombang.
[4] Berdasarkan hukum
Newton, partikel bukanlah objek, melainkan indikasi reaksi dan inter-koneksi
yang bisa diamati.
[5] Partikel tidak saling
terpental satu sama lain saat mempertahankan sifat utama mereka. Sebaliknya
mereka terus menyerap satu sama lain atau bertukar sifat.
[6] Partikel hanya bisa
dimengerti jika mereka berada dalam lingkungannya, bukan sebagai objek yang
terisolasi.
Singkatnya, percobaan ini
mengungkapkan bahwa sifat dasar dunia fisik kita bukan seperti sekumpulan
objek, melainkan jaring interaksi yang kompleks dalam gerakan yang konstan.
Fritjof Capra menuliskan
bahwa nukleus sebuah atom–“isi” atom- berukuran 100.000 kali lebih kecil dari
besar atomnya, namun menguasai hampir seluruh massa fisik atom. Dari sini kita
mulai bisa memahami bahwa apa yang kita ketahui sebagai kursi atau apel atau
orang, meski tampak solid , memiliki suatu struktur yang sebagian besar
didasari oleh ruang kosong, dan sesuatu tampak solid biasanya karena ia berada
dalam keadaan bervibrasi hebat.
Materi yang muncul dalam
eksperimen ini sama sekali berubah-ubah. Semua partikel dapat berubah menjadi
partikel lain –mereka diciptakan dari energi dan lenyap menjadi energi. Dalam
medan energi partikel atom ini, perbedaan antara materi dengan ruang kosong
yang ada di sekelilingnya menjadi tidak jelas, dan ruang kosong itu sendiri
menjadi sesuatu yang penting. Ruang kosong itu sekarang dipahami sebagai
sesuatu yang hidup, dan bentuk fisik hanyalah “manifestasi sementara dari ruang
kosong tersebut”.
Ruang Kosong Sebagai
Pencipta
Dengan mendalami kosmologi
Hindu, Tao dan Buddha, Fritjof Capra menyadari bahwa deskripsi mereka tentang
bagaimana alam raya ini berproses sesuai dengan penemuan aneh dan paradoks
dalam Mekanika Kuantum. Agama-agama ini jauh lebih tua dari fisika Newton,
telah lama memiliki paham keutuhan dan kekekalan. Doktrin kefanaan ditemukan
dalam agama-agama tersebut, yang meyakini bahwa sifat alam ini adalah selalu
mengalir dan berubah.
Dalam Fisika Kuantum,
terciptanya atau hancurnya partikel sering terjadi tanpa sebab. Ada medan
tempat mereka muncul, dan lenyap, tapi seakan-akan mereka bereaksi di luar
aturan sebab-akibat. Tetapi Capra menuliskan bahwa kenihilan bukanlah
kekosongan, paradoks yang banyak disampaikan dalam agama-agama timur. Dalam Hindu,
ruang kosong ini disebut Brahman, suatu medan potensi dimana darinya
segala sesuatu muncul. Dalam Buddhisme “Sunyata” adalah ruang kosong yang hidup
yang melahirkan segala sesuatu yang bersifat fisik. Hal utama dalam Taoisme adalah
Tao, sifat kosong yang tak berbentuk dari alam semesta yang merupakan subtansi
utama penciptaan.
Oleh karena itu secara
meyakinkan Capra menyatakan bahwa paradoks kepadatan dan kefanaan serta
kenihilan dan keberadaan yang telah membingungkan ahli-ahli Fisika Kuantum,
telah menjadi bagian dari agama-agama Timur selama berabad-abad. Ajaran yang
sebelumnya mungkin dianggap sebagai jampi-jampi mistis, setidaknya dalam
pandangan masyarakat Barat yang rasional, ternyata terbukti benar. Ajaran Timur
sejak dulu telah mendeskripsikan dengan tepat sistem penciptaan, bukan dalam
istilah matematis melainkan dalam mitologi, seni dan puisi.
Dari Banyak Menjadi
Satu
Capra menuliskan bahwa
tujuan mistisisme Timur, Hindu, Buddha ataupun Tao, adalah untuk mengetahui
bahwa alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang utuh, meski tampaknya
terdiri dari sejumlah besar objek yang terpisah-pisah. Fisika Kuantum telah
menghancurkan pendapat tentang objektivitas, karena eksperimen menunjukkan
bahwa partikel mengambil bentuk yang berbeda-beda tergantung bagaimana kita
memutuskan untuk melihat mereka. Dalam bahasa Heisenberg, ”yang kita amati
bukanlah alam itu sendiri, melainkan alam yang dilihat berdasarkan metode
pengamatan kita.” Berarti, pola dalam alam yang kita amati dengan sesuatu yang
dianggap sebagai objektivitas mungkin bukan realitas terakhir yang
sesungguhnya, tetapi akan merefleksikan bagaimana pikiran kita berkembang. Kita
berhenti menjadi pengamat dunia atom, dan menjadi partisipan di dalamnya.
Pelajaran dari Fisika
Kuantum, serta pendapat filsafat Hindu dan Buddha, adalah perbedaan antara
pelaku, tindakan dan objek dari tindakan bersifat artifisial. Mereka semua
adalah satu.
Apa arti semua ini bagi
kita secara pribadi? Pemisahan antara pikiran dan materi yang dilakukan Rene Descartes
membuat diri kita sebagai ego yang terpisah dalam raganya masing-masing. Tetapi
Capra mengatakan bahwa kesadaran tentang diri kita yang terpisah dari dunia
menciptakan rasa fragmentasi, dimana kita memiliki beragam keyakinan, bakat ,
perasaan dan aktifitas. Agama-agama Timur mengatakan bahwa manusia tersesat
oleh delusi ego, dan berpendapat dirinya adalah seorang aktor, dan”ketika
pikiran diganggu, keanekaragaman hal terbentuk, tetapi ketika pikiran
ditenangkan, keanekaragaman itu pun lenyap”.
Dengan kata lain, dunia
ini akan berubah jika kita merasakannya dengan cara yang berbeda. Beranggapan
dunia ini terbentuk dari jutaan hal yang berbeda sangat sesuai dengan hukum
Newton, tetapi hal ini berpotensi menghancurkan jika kita menerapkan hukum ini
pada diri kita sendiri. Jika kita melihat dunia ini sebagai suatu kesatuan,
kita dapat menyembuhkan dan menyatukan diri kita sendiri. Kita tidak akan ingin
menyakiti orang lain atau pun merusak lingkungan kita, karena itu berarti
menyakiti diri kita sendiri.
Dari buku ini kita dapat
mengambil satu point yaitu: Ilmu pengetahuan modern membenarkan lebih banyak
lagi konsepsi spiritual atau mistis tentang alam semesta. Mistikus dan ilmuwan
adalah sama-sama pengamat alam dan keduanya melaporkan hasil penemuan mereka
dalam bahasa yang mereka ketahui. Mengingat bahasa ini berasal dari dunia yang
berbeda, maka adanya kesamaan dalam deskripsi mereka menunjukkan bahwa kita
semakin dekat pada pengetahuan tentang apa yang menggerakkan alam semesta ini.
Buku ini mampu mengungkapkan bahwa alam semesta ini ternyata jauh lebih ajaib
dari yang kita bayangkan –atau setidaknya lebih ajaib dari bayangan kita
tentang Fisika Konvensional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar