“Ketika Al-Husain as
terbunuh, di sudut-sudut langit terlihat warna-warna kemerahan. Warna merah itu
menandakan bahwa langit tengah menangis. Sewaktu pasukan musuh membagi-bagikan
sejenis tumbuhan berwarna kuning milik Al-Husain as, tumbuhan itu berubah menjadi
abu. Dan sewaktu mereka menyembelih seekor unta yang dirampas dari kemah
Al-Husain as, mereka menemukan sejenis kayu di dagingnya” (Maqtalu Al-Husain 2
hal. 90, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 311,
Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Tarikhu Dimasyq
4 hal. 339, Al-Mahasinu wa Al-Masawi hal. 62, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80 dan
Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 467-469).
“Kepala suci Al-Husain as.
yang berada di ujung tombak berbicara dengan membawakan ayat-ayat suci Al-Quran
dan lainnya” (Miftahu Al-Naja fi Manaqib Aali Al-’Aba hal. 145, Al-Khashaishu
Al-Kubra 2 hal. 127, Al-Kawakibu Al-Durruiyyah hal. 57, Is’afu Al-Raghibin hal.
218, Nuuru Al-Abshar hal. 125, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 452-453).
“Pada hari Al-Husain as
terbunuh, langit meneteskan hujan darah sehingga semua orang pada keesokan
harinya mendapati apa yang mereka miliki telah dipenuhi oleh darah. Darah itu
membekas pada baju-baju mereka beberapa waktu lamanya, hingga akhirnya
terkoyak-koyak. Warna merah darah terlihat di langit pada hari itu. Peristiwa
tersebut hanya pernah terjadi saat itu saja” (Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89,
Dzakhairu Al-’Uqba hal. 144, 145 dan 150, Tarikh Dimasyq -seperti yang
disebutkan di muntakhab (ringkasan)-nya- 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah
hal. 116 dan 192, Al-Khashaishu Al-Kubra hal. 126, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi’u
Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Al-Ithaf bi Hubbi
Al-Asyraf hal. 12, Tarikhu Al-Islam 2 hal 349, Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284,
Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 458-462).
“Ketika kepala Al-Husain
as dibawa ke istana Ubaidillah bin Ziyad, orang ramai melihat dinding-dinding
mengalirkan darah segar” (Dzakahiru Al-’Uqba hal. 144, Tarikhu Dimasyq seperti
yang disebutkan dalam muntakhab-nya 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal.
192, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 322, dan Ihqaqu
Al-Haq 11 hal. 463).
“Di dinding sebuah gereja
tertulis: Apakah umat yang membantai Al-Husain mengharapkan syafaat kakeknya di
hari kiamat. Ketika pendeta yang berada di sana ditanya tentang tulisan
tersebut dan siapakah yang menulisnya, ia menjawab, “Bait syair ini telah
tertulis di sini sejak lima ratus tahun sebelum nabi kalian diutus.” (Tarikhu
Al-Islam wa Al-Rijal hal. 386, Al-Akhbaru Al-Thiwal hal. 109, Hayatu Al-Hayawan
1 hal. 60, Nuuru Al-Abshar hal. 122, Kifayatu Al-Thalib hal. 290 dan Ihqaqu
Al-Haq 11 hal. 567-568.
“Seorang penduduk Najran
saat menggali tanah menemukan sebuah kepingan emas yang bertuliskan: Apakah
umat yang telah membantai Al-Husain mengharapkan syafaat kakeknya di hari
kiamat” (Miftahu Al-Naja hal. 135, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 566).
“Sebuah tembok merekah
lalu muncullah sebuah telapak tangan yang bertuliskan: Apakah umat yang telah
membantai Al-Husain mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat.” (Tarikhu
Al-Khamis 2 hal. 299 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567). “Sesaat setelah Al-Husain
as terbunuh, warna langit menghitam pekat sekali. Lalu bintang-bintang
bermunculan di siang hari, sampai-sampai bintang kembar terlihat di waktu sore.
Segumpal tanah berwarna merah jatuh dari atas. Langit terlihat berwarna merah
bagai darah selama tujuh hari tujuh malam” (Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339 dan
Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar