Oleh Prof. Nasir Makarim Shirazi
Contoh
Kepemimpinan Rasul Saw
Kita dapat membagi sejarah Islam dalam dua tahap:
1) tahap revolusi intelektual dan kultural, dan
2) tahap revolusi militer dan politik.
Dengan kata lain, periode ketika Rasulullah SAW berada
di Mekah sebelum hijrah dan periode ketika di Madinah setelah hijrah. Cara-cara
yang ditempuh Rasulullah SAW dalam dua periode itu sungguh luar biasa dan
mengandung banyak inspirasi.
Pada tahap pertama, yang pertama-tama perlu
dikembangkan dan dilatih manusia-manusia dan pemikir-pemikir yang dapat
mengemban tanggung jawab revolusi. Tingkat intelektual masyarakat Arab pada
zaman itu sangat rendah. Tentu saja Rasulullah menghadapi banyak kesulitan
dalam mendidik mereka dan mengubah budaya politeisme, penyembahan berhala, dan
jahiliah menjadi budaya Tauhid dengan nilai-nilai harkat martabat kemanusiaan,
vitalitas, pengetahuan, dan kesadaran.
Untuk mencapai tujuan ini, di satu pihak Rasulullah
SAW memerintahkan para pengikut dan sahabatnya, yang jumlahnya sedikit dan baru
saja bergabung, agar bangun malam, menunaikan shalat dan mengaji — tanpa
diketahui musuh-musuhnya yang fanatik dan keras kepada — guna menimbulkan
perubahan jiwa dalam diri mereka.
Di lain pihak, Rasul meminta mereka untuk meningkatkan
tingkat berpikir mereka dengan mempelajari kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang
luas sebagaimana terbukti dalam Surat Al-Muzzammil:
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah
(untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua
itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam
adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
Sesungguhnya kamu pada slang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.
(Dialah) Tuhan masyriq (timur) dan maghrib (barat). Tiada Tuhan melainkan Dia,
maka ambillah Dia sebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka
ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS. 73 : 1-10).
Meskipun yang disapa dalam ayat di atas
adalahRasulullah SAW, tetapi ayat-ayat selanjutnya menunjukkan bahwa
orang-orang yang pertama beriman itu juga melaksanakan ibadah itu bersamanya.
Ibadah dan membaca Qur’an ini merupakan amalan
kontinyu kaum Muslimin di bawah bimbingan Rasul. Sesekali ayat-ayat baru
diwahyukan pada Rasul untuk memberikan pelajaran baru. Cara ini sungguh
efektif. Ia telah mengubah orang-orang yang lemah, tak berkualitas, dan dungu
menjadi umat yang sadar, tidak memen tingkan diri sendiri, tabah, teguh, setia,
dan percaya diri. Mereka adalah orangorang yang mampu mengadakan perubahan besar
dalam lingkungan itu dalam waktu yang sangat singkat dan mampu menyebarkan
revolusi dengan dimensi politiknya, militer dan kebudayaan — setelah hijrah ke
Madinah — bahkan ke luar Hijaz, hingga Ethopia, dan wilayah-wilayah yang berada
di bawah kekuasaan Kaisar Romawi Timur dan wilayah-wilayah lain.
Cara ini berlangsung terus hingga suatu waktu, tibalah
saatnya bagi Rasulullah SAW, sebagai seorang guru dan pemimpin besar, melihat
bahwa beliau harus memberi istirahat dan memperingan programnya. Rasul memulai
tugas ini setelah mendapat wahyu dengan turunnya ayat terakhir surat
Al-Muzzammil:
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasannya kamu
berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan
orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 73:20).
Cara yang ditempuh Rasul ini berlangsung hingga tiga
tahun. Tapi ia telah berhasil menanamkan akar yang dalam di hati kelompok kecil
ini. Orang-orang inilah yang dengan moral tinggi, gigih melawan musuh yang
berjumlah lebih besar dan tidak pernah rela membiarkan cahaya Islam dipadamkan
oleh kencangnya angin kefanatikan kaum Jahiliyah.
Ketika tiba saatnya bagi Rasululah SAW menyeru umat
secara terbuka, beliau menyampaikan tujuan risalah yang dibawanya dan
mengatakan segalanya pada rakyat. Pada periode ini, beliau mampu menjalani masa
tugasnya dengan baik sekali. Itu karena
kepiawaiannya dalam memimpin.
Hari demi hari Rasul mencapai persatuan yang lebih
balk di antara para pengikutnya dan semakin memperkuat tujuan spiritual mereka,
sehingga talk ada yang lebih penting bagi mereka selain Allah, ridha-Nya,
mempertahankan Al-Qur’an, dan membela Rasullulah SAW.
Hari demi hari Rasul berhasil menarik penduduk masuk
Islam, mendidik mereka dan membangun kerjasama yang baik di antara mereka.
Akhirnya, setelah jumlah pengikutnya cukup banyak dan cukup terdidik, para
dai’nya mempersiapkan pangkalan di kota Madinah, yang memiliki kesiapan lebih
baik bagi syi’ar Islam; kemudian Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Meskipun hijrah itu dilaksanakan atas perintah Allah
dan dengan pertolongan-Nya, tapi bagaimana pun orang akan terkejut bila
menganalisa hal-hal kecil dalam perjalanan yang penuh bahanya ini, seperti
bagaimana Rasulullah SAW dapat lolos dari kepungan musuh, bagaimana ia
bersembunyi di Gua Tsur — tempat yang tidak terletak di arch menuju Medinah.
Musuh tidak bakal menyangka kemungkinan gua itu menjadi tempat persembunyiannya
— dan bagaimana ia menempuh jarak 500 km dengan cara sedemikian rupa sehingga
musuh yang mencarinya ke segala tempat tidak dapat menemukannya. Siapa pun yang
memikirkan hal ini dengan seksama akan mengakui kebijakan Rasulullah yang luar
biasa, perencanaannya yang cermat dan kelihaiannya yang taktis dan unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar