Oleh Prof. Nasir Makarim Shirazi
Pendirian dan Pengaturan Pemerintahan
Nabi Muhammad SAW tiba
di Madinah, kota yang tidak banyak dikenal dan terdiri dari berbagai suku.
Kesulitan terbesar adalah adanya tiga suku Yahudi yang kuat, yakni Bani
Qurayzah, Bani al-Nadir dan Bani Qaynuqa.
Tetapi sejak semula
Rasulullah SAW telah meletakkan landasan revolusi politik dan militernya, dan
mendirikan sebuah pemerintahan. Rasul telah mengorganisasikan berbagai unsur
pemerintahannya.
Rasulullah SAW
mendirikan baitul mal. Tidak lama setelah didirikan baitul mal, turunlah
wahyu tentang perintah zakat yang memperkuat dasar keuangan baitul mal.
Kemudian setelah turun perintah jilhad dibentuklah pasukan pertahanan untuk
menghadapi serangan musuh. Yang terpenting, ialah shalat 5 waktu, yang menyeru
para pengikutnya 5 kali dalam 24 jam untuk datang ke masjid sebagai pusat
spiritual, memberikan kesempatan untuk mangajarkan perintah dan ajaran Allah
kepada umatnya setiap hari.
Pendidikan yang
diajarkan setiap hari ini sangat memajukan para pengikutnya, meningkatkan
tingkat berpikir mereka, pertahanan terhadap musuh, dan meningkatkan kesiapan
dan kerelaan mereka untuk melaksanakan segala jenis aural kebaikan dan pengorbanan
jiwa.
Rasulullah Saw Dalam Menghadapi Musuh
Kepiawaian Rasul Saw
dalam memimpin tampak ketika beliau harus menghadapi banyak musuhnya, termasuk
ketiga suku bangsa Yahudi yang kuat yang hidup di Madinah. Yang lebih
mengejutkan adalah, menurut sejarah, suku bangsa yang kaya, kuat dan mempunyai
banyak pasukan ini menetap di Madinah hanya karena mereka telah membaca dari
kitab-kitab suci mereka tentang muculnya Rasul yang dijanjikan dari wilayah
ini.
Namun karena mereka
menganggap kehadiran Nabi Muhammad SAW membahayakan kepentingan mereka, ketiga
golongan itu menjadi musuh yang pertama kali dihadapi Rasul.
Musuh lain, yang lebih
keras kepada dari suku Yahudi itu, adalah musyrikin Jazirah Arab, terutama
penduduk Mekkah, yang memandang penyebaran Islam sebagai bahaya bagi adat dan
kepentingan mereka. Tetapi Rasulullah SAW tidak pernah menghadapi
musuh-musuhnya sekaligus. Melainkan satu per satu, dan ketika tiba saatnya
setelah menentukan waktu yang tepat, dan dengan rencana yang cermat, Rasul mengalahkan
mereka satu per satu.
Sebagai contoh, Rasul
memikul berbagai halangan dan rintangan dari ketiga suku Yahudi di atas begitu
lama. Tetapi beliau kalahkan mereka masingmasing pada waktu yang berbeda, pada
saat yang tepat, setelah Rasul memperoleh bukti nyata pelanggaran perjanjian
oleh mereka.
[1] Tahun ke-2
Hijriyah, setelah menundukkan kaum musyrik pada perang Badr, Rasul Saw
mengalihkan perhatian pada suku Yahudi Banu Qaynuqa. Suku ini melanggar
perjanjian dengan membunuh seorang Muslim dan menganiaya seorang Muslimah.
Berkat moral tinggi
kaum Muslimin dan dengan semangat kemenangan perang Badr yang telah diraihnya,
Rasul menaklukkan suku ini. Di sini tindakkan Rasulullah didasarkan perintah
Al-Qur’an: “Dan jika kamu khawatir akan pengkhianatan dari suatu golongan,
maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS.
Al-Anfal [8] : 58)
Ayat ini merujuk pada
pengkhianatan Bani Qaynuqa. Rasulullah SAW mengepung mereka dengan ketat
sehingga mereka menyerah takluk. Rasul tidak membunuh mereka karena beberapa
penduduk Madinah menjadi penengah, tapi mensyaratkan mereka meninggalkan
Madinah. Akhirnya mereka pindah.
[2] Pada tahun ke-4
Hijriah, Rasulullah SAW, mengalihkan perhatian kepada Bani Al-Nadir. Suku
bangsa ini bersekongkol membunuh Rasulullah SAW. Akan tetapi, segera setelah
rencana mereka bocor dan perasaan kaum Muslim bangkit karenanya, Rasul
memperoleh kesempatakan baik untuk menundukkan kekuatan mereka. Rasulullah
mengepung benteng pertahanan mereka dan memaksa mereka pindah dari Madinah.
Tetapi sebelum pergi
mereka memusnahkan rumah dan benteng mereka agar tidak jatuh ke tangan kaum
Muslim, meskipun sebelumnya kaum Muslim juga sibuk menghancurkannya agar dapat
mendudukinya. Mengenai peristiwa ini Al-Qur’an memaparkan:
“…mereka
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan
orang-orang mu’min. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS. Al-Hasyr [59]:2)
[3] Beberapa saat
setelah peristiwa ini pada tahun ke-5 Hijriah, Perang Ahzab
(persekongkolan atau persekutuan suku-suku), yang merupakan pameran kekuatan
terpenting kaum musyrikin, berakhir dengan kemenangan Muslimin.
Pasukan Musyrikin yang
dikalahkan kembali ke Mekkah. Berkat moral tinggi kaum Muslim yang bangkit
karena kemenangan itu serta perlanggaran menyolok suku bangsa Bani Quraizah atas
perjanjian mereka, pengkhianatan dan kerjasama mereka dengan kaum musyrik
Quraisy dalam Perang Ahzab, Rasul mengepung seluruh benteng suku ini dan
mengalahkan mereka. Al-Qur’an merujuk
peristiwa ini dalam ayat berikut:
“Dan Dia menurunkan
orang-orang Ahli Kitab yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari
benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.
Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia
mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan
tanah yang belum kamu injak . Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala
sesuatu.” (QS. Al-Ahzab [33]:26-27)
Bila kita pelajari
setiap peperangan ini, juga rencana dan penetapan waktu serta lokasinya secara
rinci dan seksama, jelaslah betapa metoda yang ditempuh Rasul Saw dilandaskan
pada prinsip-prinsip yang cermat dan tepat. Semua itu perlu dipelajari secara
terpisah.
[4] Pada tahun ke-6
Hijriah, terjadi peristiwa perjanjian perdamaian Hudaybiyyah, yang dalam Al-Qur’an
disebut al-Fath al-Mubin (kemenangan nyata). Persiapan Rasul Saw pada
kesempatan ini dan siasat khusus yang diambilnya, yang dimaksudkan untuk
membuat takut dan menjatuhkan moral musuh sungguh hebat.
Rincian perjanjian
damai ini dan keuntungan Rasul Saw dari perjanjian ini patut diperhatikan. Yang
lebih hebat lagi adalah bagaimana Rasul Saw, setelah berjaya menghadapi setiap
serangan dari pihak Musyrikin dan memperolah keuntungan atas moral kaum Muslim
yang tinggi setelah kemenangan Hudaibiyyah, berjaya menghadapi persekongkolan
Yahudi Khaibar dan berhasil menaklukkan mereka.
Yang paling
menakjubkan adalah peristiwa besar yang terjadi pada tahun 8 H., yakni
penaklukan kota Mekkah, benteng terpenting musuh kuat Islam. Ini dilakukan oleh
Rasulullah SAW dengan rencana dan koordinasi yang tepat, sehingga bila
seseorang mempelajari pembebasan kota Mekkah langkah demi langkah, pada setiap
langkah ia akan takjub pada kepiawaian kepemimpinan Rasul Saw yang luar biasa.
Meskipun peristiwa ini
merupakan ekspedisi militer Rasul yang terbesar, tetapi Rasul menaklukan
benteng penting dan kuat musuh itu tanpa pertumpahan darah atau pertikaian.
Rasul memberikan
amnesti umum pada penduduk Mekkah dengan pengumuman “Pergilah, kalian bebas”.
Hal ini bertentangan dengan semangat penuh dendam bangsa Arab yang terkenal itu
dan kebiasaan balas-dendam kaum tiran dan para penakluk zaman itu; dan sudah
barang tentu di luar perhitungan.
Akibatnya kaum
Musyrikin berbondong-bondong mendatangi Rasul dan memeluk Islam, sebagaimana
dirujuk pada ayat: “dan kamu lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,” (QS. Al-Nashr [110]
:2).
Dengan demikian
kekuatan Rasululllah SAW menyatu di seluruh Jazirah Arab.
Maka untuk memahami
secara rinci metode perencanaan, organisasi, dan kepemimpinan Rasulullah SAW
yang luar biasa itu, satu-satunya cara ialah dengan mendalami SEJARAH kehidupan
Rasulullah secara rinci dan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an yang saling
berkaitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar