Salah-satu soal yang cukup
penting adalah soal kisah bahwa Nabi Muhammad saw dibelah dada-nya oleh
malaikat untuk membersihkan hatinya dari kotoran yang lazim dalam riwayat
Muslim Sunni, tapi diragukan oleh Muslim Syi’ah. Bahkan buku Muhammad-nya
Martin Lings, sama dengan alur riwayat Sunni ini, menarasikan kisah pembelahan
dada Rasulullah ini.
Disebutkan dalam riwayat,
ketika suatu hari Rasulullah saw keluar dari rumah bersama saudara sesusuannya,
saudaranya ini menemui ibunya Halimah dan berkata: ”Muhammad telah dibawa oleh
seseorang berpakaian putih, ia membaringkan kemudian membelah dadanya”. Halimah
dan suaminya kemudian keluar dan menemukan Muhammad. Mereka bertanya: “Apa yang
telah terjadi atasmu anakku?” Muhammad menjawab; “seseorang telah datang dan
membelah dadaku.”
Konon, menurut para
penakwil sejarah atau ahli tarikh, seseorang berpakaian putih tersebut adalah
Jibril as yang diutus Allah SWT untuk membersihkan hati Muhammad dari
‘kotoran’. Peristiwa ini sangat jelas adalah cerita buatan oleh mereka yang
ingin mendistorsi pribadi Rasulullah. Dan bila berhasil, maka Islam akan lebih
mudah dihancurkan. Sayang, penulis dan penukil cerita ini tidak cukup pintar
menyembunyikan kebodohannya.
Cerita ini tentu saja
tidak bisa diterima oleh ummat Islam yang memiliki iman sekaligus memiliki
ketajaman hati dan kecerdasan aqliyyah, sebab akal sehat manusia menolak
kebohongan tersebut. Dalam Islam, untuk penyucian yang berhubungan dengan najis
dan kotoran fisik, dilakukan dengan mediasi bendawi seperti air, tanah atau
sesuatu yang tumbuh dari tanah. Sebaliknya untuk menghilangkan kotoran yang
berhubungan dengan ruhani, maka penyuciannya juga harus ruhaniyah, semisal
istighfar dan berikrar tidak mengulangnya atau meminta ridha orang yang kita
zalimi.
Di sisi lain, bila
kebersihan hati (hati material?) merupakan syarat dari sebuah derajat kenabian,
kenapa tidak satupun riwayat atau catatan sejarah mengabarkan kepada kita bahwa
pembersihan hati dengan jalan pembedahan ala medis seperti ini pernah terjadi
pada nabi-nabi sebelum Muhammad saw, seperti Musa, Ibrahim, Yahya atau Isa?
Afala ta’qilun!
Islam adalah agama
paripurna. Agama kemanusiaan yang sempurna, menekankan pengajuan dalil dan
argumentasi akal. Al Qur’an kurang lebih sebanyak tujuh puluh kali menyebut
tafakkaru, ta’qilun, tatadabbaru dan sebagainya. Kenabian dan kerasulan sendiri
bukanlah air hujan yang turun dari langit secara gratis tanpa harga mahal dan
aktivitas ruhaniyah yang kosong. Kisah itu telah mendalilkan bahwa Rasulullah
terlahir dalam keadaan kotor (tidak ma’shum).
Bahkan, lebih spesifik
dalam narasi Muhammad-nya Martin Lings itu, dituturkan bahwa ketika setiap anak
adam lahir, Setan menyentuhkan jarinya ke setiap dada dan hati anak adam, kecuali
kepada Isa as. Artinya, narasi itu sendiri lebih mengistimewakan Isa as
ketimbang penghulu para nabi dan Rasul, yaitu Muhammad saw yang merupakan
penghulu sekaligus pamungkas para nabi dan rasul. Dalam hal ini, Syi’ah lebih
cerdas dan sadar diri ketimbang Sunni.
Kenabian adalah kesadaran
perjalanan menuju kesempurnaan, bukan wibawa yang dipaksakan dan jenis obralan
di sudut-sudut pasar. Ia adalah titik yang paling jelas dari perpaduan langit
dan bumi, manusia dan malaikat. Islam mengajak kita untuk berakal dalam
beragama, Muhammad, Sang nabi agung telah mengajarkan itu, maka gunakanlah
akalmu, wahai umat Muhammad!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar