Ra, Dewa Matahari Mesir kuno melambangkan
penciptaan setiap jiwa yang hidup. Bangsa Mesir kuno meyakini bahwa Ra adalah
substansi pertama yang diciptakan dengan semua makhluk lain dilahirkan kemudian
atau menjadi keturunannya.
Ra digambarkan sebagai tubuh seorang pria
dengan kepala elang dengan ankh dan tongkat di tangannya. Ra terutama dipuja di
Heliopolis (kota matahari) yang merupakan tempat pemujaan di Mesir kuno.
Orang-orang Mesir menganggap Ra sebagai
penakluk kejahatan dan kebohongan dengan membawa cahaya untuk dunia. Ra juga
merupakan simbol kebaikan dan kebenaran.
Kepala elang merupakan simbol ‘penerbangan’
matahari di cakrawala. Ra juga sering ditampilkan berada dalam sebuah perahu
yang disebut ‘Barque of Ages’, berlayar melintasi langit.
Pada saat matahari terbenam, Ra diyakini
bepergian dengan perahu lain melintasi dunia bawah (underworld).
Piringan matahari di kepala Ra memiliki ular
kobra di sekelilingnya. Ra juga dikenal dengan nama yang berbeda, mewakili
berbagai posisi matahari di langit. Berikut adalah nama lain Ra:
Khepri atau Khepera (Matahari Terbit)
Matahari terbit adalah simbol kelahiran dan
penciptaan. Orang Mesir kuno percaya bahwa orang yang telah mati akan terlahir
kembali di akhirat bersamaan dengan matahari terbit.
Atum (Matahari Terbenam)
Matahari terbenam adalah simbol perjalanan
manusia dari lahir sampai mati.
Ra (Matahari Tengah Hari)
Nama Ra hanya digunakan untuk matahari saat
tengah hari ketika berada diatas kepala. Beberapa Firaun mendeklarasikan diri
sebagai ‘Amun-Re’ atau raja dari semua dewa dan firaun serta pemimpin militer.
Penampilan Ra dengan kepala elang serta tubuh
manusia adalah wujudnya saat menyapa manusia. Sebuah legenda menyatakan bahwa
Dewa Matahari Ra membagi tubuhnya menjadi beberapa bagian untuk kemudian
menciptakan dewa-dewa Mesir lainnya.
Penciptaan pertama dari tubuh Ra adalah ‘Shu’
atau dewa udara atau angin, dan istrinya, Tefnut atau dewi hujan. Ra merupakan
kakek dari Geb, dewa bumi, dan Nut istrinya, dewi langit.
Orang Mesir kuno menganggap Firaun sebagai
dewa, bukan raja, sehingga setelah kematian, firaun akan bersatu dengan Ra.
Manusia diyakini berasal dari air mata Ra.
Kuil atau kompleks yang dibangun untuk memuja dewa matahari selalu dibangun
tanpa atap sehingga matahari bisa bersinar menerangi kuil.
Firaun Amenhotep yang berkuasa selama abad
ke-14 SM, mempromosikan penyembahan dewa matahari di atas dewa-dewa lainnya. Amenhotep
melarang penyembahan terhadap dewa lain. Ketentuan ini lantas dicabut oleh
penguasa berikutnya karena bertentangan dengan kepercayaan Mesir pada banyak
dewa.
Keyakinan lain yang populer menyatakan bahwa
Ra melakukan perjalanan di langit melalui dua belas provinsi, mewakili dua
belas jam dalam satu hari. Pada akhir perjalanan atau saat senja, Ra diyakini
mati untuk kemudian memulai perjalanan malam harinya.
Bentuk mati ini disebut sebagai sebagai ‘Auf’
yang berarti mayat. Perjalanan Ra pada siang hari menggunakan perahu Manjet
atau ‘The Barque of Million Years’, sedang perjalanan malam hari menggunakan
perahu Mesektet.
Selama perjalanann, Ra diyakini melakukan
banyak pertempuran dengan ular bernama Apep.
Pada saat hari-hari penuh badai atau periode
gerhana matahari dipercaya merupakan saat Ra dikalahkan oleh ular. Dalam
perkembangan kemudian, Ra diyakini ‘bergabung’ dengan Dewa Amon sehingga
menjadi Amon-Re.
Ra juga berkombinasi dengan Horus untuk
menjadi Re-Harakhte. Ra telah begitu melekat dengan peradaban Mesir kuno. Oleh
karena itu, terdapat sejumlah mitos atau legenda yang menyebutkan Ra dalam
konteks yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar