[1] Jika Anda perhatikan dengan seksama, terlihat
jelas gambar kaligrafi yang membentuk gambar singa, yang terletak di tengah
bagian bawah. Gambar singa sering diidentikkan atau menjadi simbol seorang
sahabat, sepupu, sekaligus menantu Nabi SAW yaitu Imam Ali bin Abi Thalib. Imam
Ali bin Abi Thalib bernama asli Haydar bin Abu Thalib, Haydar yang berarti
Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat
menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.
Namun, setelah
mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggilnya
dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah). Imam Ali bin Abi Thalib
juga mendapatkan gelar Asadullah (Singa Allah), sebagai catatan bahwa kakek
Imam Ali bin Abi Thalib bernama Asad yang berarti singa. Pemberian gelar
Assadullah bukan sesuatu yang berlebihan karena keberanian dan ketangguhan Imam
Ali bin Abi Thalib dalam setiap peperangan membela Islam dan Rasulullah.
Imam Ali bin Abi
Thalib seringkali diberikan wewenang oleh Nabi SAW untuk membawa bendera dan
memimpin perang, Imam Ali bin Abi Thalib juga terkenal dengan banyaknya riwayat
yang menyebutkan kehebatannya dalam berperang. Bahkan saat tidak ada satu pun
yang bisa menaklukkan Benteng Khaibar, beliau-lah yang berhasil menaklukkannya.
[2] Dalam panji ini juga tampak tiga
pedang dengan bentuk yang sama, yang berposisi di bawah kaligrafi singa satu
pedang, dan dua pedang berposisi di pinggir bagian atas. Pedang dengan bentuk
yang khas yaitu melengkung dengan ujung bercabang dan tulisan kaligrafi di bilahnya
tersebut adalah pedang Zulfikar, pedang milik Imam Ali bin Abi Thalib yang
diberikan oleh Nabi SAW saat perang Uhud.
[3] Tulisan "Man Kuntu Maulahu
Fahadza Aliyyun Maula" pada bilah pedang bagian atas kanan merupakan
kalimat yang sangat terkenal bagi orang-orang Syi’ah, diriwayatkan bahwa
kalimat tersebut diucapkan oleh Nabi SAW di depan ratusan ribu (ada yang
mengatakan 90.000 dan ada yang mengatakan 120.000) orang selepas melaksanakan
ibadah haji terakhir dan dilakukan saat dalam perjalanan pulang tepatnya di
wilayah Ghadir Khum sebuah wilayah antara Mekkah dan Madinah.
Kalimat tersebut
adalah potongan pidato Nabi SAW yang berarti "Siapa yang menjadikan aku
sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali sebagai pemimpinnya." Bagi Syi'ah,
kalimat tersebut adalah sebagai legtimasi bahwa sepeninggal Nabi SAW yang
berhak menjadi pemimpin umat Islam adalah Imam Ali bin Abi Thalib. Sementara
dalam persepsi Sunni, kata "Maula" diartikan sebagai
"kekasih", sehingga arti lengkap dari kalimat tersebut adalah
"Siapa yang menjadikan aku sebagai kekasihnya, maka inilah Ali sebagai
kekasihnya".
Dalam pemahaman
Sunni, memang tidak berkeyakinan bahwa Khalifah pengganti Nabi SAW adalah Imam
Ali bin Abi Thalib, tetapi pandangan Sunni adalah sesuai dengan dinamika yang
benar-benar terjadi yaitu bahwa khalifah pengganti Nabi SAW secara
berturut-turut adalah sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
dan kemudian baru Imam Ali bin Abi Thalib.
[4] Lebih lanjut yang terdapat dalam
panji ini adalah tulisan "La Fatta ila 'Ali wa la Saifa illa
Zulfikar" pada bilah pedang bagian atas kanan setelah kalimat "Man
Kuntu Maulahu Fahadza Aliyyun Maula". Diriwayatkan bahwa pada saat Perang
Uhud Nabi SAW mendengar seruan malaikat jibril yang berbunyi "La Fatta illa
'Ali wa la Saifa illa Zulfikar", yang berarti tiada pemuda kecuali Ali dan
tiada pedang kecuali Zulfikar.
Diriwayatkan
barisan pasukan Islam pada Perang Uhud terdapat nama-nama seperti Imam Ali bin
Abi Thalib as, Hamzah, Abu Dujanah dan beberapa prajurit lain yang berhasil melemahkan
barisan musuh. Nabi Muhammad Saw menjadi target serangan pasukan Quraisy dari
berbagai penjuru. Setiap pasukan melancarkan serangan kepada Nabi Muhammad Saw.
Dari mana saja Rasul diserang, beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi Thalib as
untuk menyerang mereka. Atas pengabdian yang luar biasa ini, Malaikat Jibril
turun kepada Nabi Muhammad Saw dan berkata, pengabdian ini adalah hal luar
biasa yang telah ditunjukkan olehnya. Rasulullah Saw pun membenarkan perkataan
Malaikat Jibril dan berkata: Aku berasal dari Ali dan Ali berasal dariku.
Kemudian terdengar suara dari langit, “Tidak ada pedang selain Dzulfiqar dan
tidak ada pemuda selain Ali".
[5] Selanjutnya adalah gambar telapak
tangan sempurna dengan kelima jarinya yang di dalamnya bertuliskan lafadz Allah
dan di bawahnya tertulis lima nama yaitu Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan, dan
Husain. Kelima nama tersebut juga ditulis dengan jelas di bawah pertemuan dua
pucuk pedang Zulfikar.
Muhammad SAW
merupakan Nabi terakhir bagi umat manusia, Ali adalah sahabat, sepupu,
sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, Fathimah adalah putri Nabi SAW yang juga
merupakan istri Ali bin Abi Thalib, sedangkan Hasan dan Husain adalah putra
Imam Ali bin Abi Thalib. Dalam beberapa riwayat, kelima orang tersebut disebut
sebagai Ahlul Kisa' dan juga Ahlul Bait Nabi SAW.
Diriwayatkan
dalam Shahīh Muslim, vol. 7, hal. 130 Aisyah berkata, "Pada suatu pagi,
Rasulullah saw keluar rumah menggunakan jubah (kisa) yang terbuat dari bulu
domba. Hasan datang dan kemudian Rasulullah menempatkannya di bawah kisa
tersebut. Kemudian Husain datang dan masuk ke dalamnya. Kemudian Fatimah
ditempatkan oleh Rasulullah di sana. Kemudian Ali datang dan Rasulullah
mengajaknya di bawah kisa dan berkata, "Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan mensucikan kamu
sesuci-sucinya" (QS. Al-Ahzab [33]:33).
Syi’ah memang
sangat memuliakan lima orang yang disebut Ahlul Kisa ini, sekaligus mereka
beranggapan bahwa Ahlul Bait itu terjaga dari melakukan dosa seperti yang disebutkan
dalam surat Al Ahzab ayat 33 di atas.
[6] Kalimat shalawat "Allahummah
shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad" yang posisinya tertulis di bawah
lima nama yang dimuliakan ummat Islam, yaitu Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan,
dan Husain. Tidak ada suatu mazhab yang lebih mengutamakan shalawat kepada Nabi
dan keluarganya daripada Syi’ah, bahkan setiap hari dalam kehidupan mereka
selalu diliputi dengan ucapan-ucapan shalawat kepada Nabi dan keluarganya.
Shalawat kepada Nabi dan keluarganya memang suatu amalan yang agung, bahkan
tidak akan sah sholat seseorang tanpa bershalawat kepada Nabi dan keluarganya.
Berkaitan dengan
shalawat ini, Allah menyampaikan dalam surah Al Ahzab ayat 56, “Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang
beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.” Begitulah, Allah SWT memerintahkan kita sholat, zakat,
puasa, dan haji sementara Allah SWT sendiri tidak melaksanakan sholat, zakat,
puasa, dan haji. Tapi saat Allah SWT memerintahkan manusia untuk bershalawat
kepada Nabi dan keluarganya, Ia telah lebih dahulu menyatakan bahwa diri-Nya
bersama malaikat juga bershalawat untuk Nabi dan keluarganya.
[7] Dalam panji ini juga terdapat 12 nama
Imam Ahlulbait yang memang diakui Syi’ah sebagai Imam dan Khalifah mereka, yang
dimulai dari Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain, Imam Zainal Abidin, Imam
Muhammad al Baqir, Imam Ja’far as Shadiq, Imam Musa al Kadzim, Imam Ali al
Ridho, Imam Muhammad al Jawad, Imam Ali al Naqi, Imam Hasan al Askari, dan Imam
Muhammad al Mahdi bin Imam Hasan al Askari. Kesemuanya adalah keturunan Rasul
SAW, dan dalam logo bendera tersebut nama-nama para imam tersebut tertulis di
atas kaligrafi singa.
Sejarah mencatat bahwa Kesultanan Perlak yang
berada di wilayah Aceh adalah kesultanan pertama di
Asia Tenggara. Sejarah juga mencatat bahwa sultan pertama kesultanan Perlak
adalah Syi’ah, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah. Hal tersebut
telah menjadi rangkaian bukti bahwa Syi’ah adalah yang pertama datang di
Indonesia.
Bukti-bukti lain adalah Tari Saman yang menjadi tarian
tradisional Rakyat Aceh, di mana sebenarnya Tarian Saman mengekspresikan
kesedihan terhadap tragedi Karbala yaitu tragedi pembantaian keluarga Nabi SAW
oleh penguasa zalim saat itu, juga ada peringatan Tabuik di Bengkulu yang
dilakukan setiap tahun sekali pada bulan Muharam –tepatnya pada Hari Asyura,
yaitu hari saat dibantainya cucu Nabi SAW di padang Karbala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar