Kaidah baku para anti Syi’ah dalam memfitnah Syi’ah: “Setiap kebencian
harus beralasan kecuali membenci Syi’ah, setiap kedustaan harus berdasarkan
bukti kecuali kedustaan yang ditujukan kepada Syi’ah, sesungguhnya orang-orang
yang telah dilabeli Syi’ah untuk menghinakannya berdusta pun boleh dilakukan
sebagaimana arahan Syaikh panutan mereka, IBNU TAIMIYAH.
“Apabila Anda menjumpai sebuah hadist shahih dan dijadikan hujjah bagi kaum Syi’ah, maka carilah hadist tandingannya sekalipun hadist lemah ataupun palsu” (Minhaj as-Sunnah karya Ibnu Taimiyah, II, hal. 143, dan Syarh al-Mawahib karangan Zargani, V, hal.13). Adz-Dzahabi menyebutkan semua riwayat yang menyudutkan sahabat HARUS DISEMBUNYIKAN.
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam menjelaskan tentang pribadi Ibnu Taimiyah mengatakan: “Ia terlalu berlebihan dalam menghinakan pendapat Syi’ah (maksudnya pendapat Allamah al-Hilli seorang ulama Syi’ah) sehingga terjerumus kedalam penghinaan terhadap pribadi Ali” (Lisan al-Mizan, Jilid 6 Hal. 319-320).
Ibnu Hajar Asqalani berkata, “Sebagian ulama memandang Ibnu Taimiyah sebagai orang munafik. Karena permusuhannya terhadap Imam Ali as dan dalam riwayat disebutkan, “Musuhilah orang yang mencintai Ali atau pandanglah ia sebagai orang kafir atau munafik". Demikianlah Ibnu Taimiyah melontarkan ucapan-ucapan yang tidak realistis dan tidak faktual terkait dengan Imam Ali as.
“Apabila Anda menjumpai sebuah hadist shahih dan dijadikan hujjah bagi kaum Syi’ah, maka carilah hadist tandingannya sekalipun hadist lemah ataupun palsu” (Minhaj as-Sunnah karya Ibnu Taimiyah, II, hal. 143, dan Syarh al-Mawahib karangan Zargani, V, hal.13). Adz-Dzahabi menyebutkan semua riwayat yang menyudutkan sahabat HARUS DISEMBUNYIKAN.
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam menjelaskan tentang pribadi Ibnu Taimiyah mengatakan: “Ia terlalu berlebihan dalam menghinakan pendapat Syi’ah (maksudnya pendapat Allamah al-Hilli seorang ulama Syi’ah) sehingga terjerumus kedalam penghinaan terhadap pribadi Ali” (Lisan al-Mizan, Jilid 6 Hal. 319-320).
Ibnu Hajar Asqalani berkata, “Sebagian ulama memandang Ibnu Taimiyah sebagai orang munafik. Karena permusuhannya terhadap Imam Ali as dan dalam riwayat disebutkan, “Musuhilah orang yang mencintai Ali atau pandanglah ia sebagai orang kafir atau munafik". Demikianlah Ibnu Taimiyah melontarkan ucapan-ucapan yang tidak realistis dan tidak faktual terkait dengan Imam Ali as.
Ibnu
Taimiyah berkata, “Ali bin Abi Thalib melakukan kesalahan dalam 17 masalah dan
beramal bertentangan dengan nash al-Quran.”
Demikian
juga Ibnu Taimiyah berkata, “Ali bin Abi Thalib selalu kalah dalam medan
perang. Ia mengobarkan api peperangan pada masa pemerintahannya bukan demi
Allah melainkan demi untuk merebut kekuasaan dan cinta dunia” {Buhuts fi
al-Milal al-Nihal, jil. 4, hal. 369}.
Ibnu
Taimiyah bahkan menyerang terkait dengan keimanan Imam Ali bin Abi Thalib dan
lebih memilih keimanan Abu Bakar. “Abu Bakar beriman pada usia yang ia tahu apa
yang ia katakan sementara Ali beriman pada usia masih belia (ingusan) dan tidak
tahu apa-apa. Bahkan keislamannya tidak diterima pada masa itu.” Demikian ungkap
Ibnu Taimiyah.
Disebabkan
tentang ucapan-ucapan seputar rumor lamaran Imam Ali atas putri Abu Jahal, Ibnu
Taimiyah dinilai sebagai orang yang membenci Imam Ali as [Al-Durar al-Kaminah
fi A’yan al-Miat al-Tsâminah, jilid 1, hal. 179].
Ibnu
Taimiyah tidak cukup sampai di situ saja, ia bahkan berkata, “Ali bin Abi
Thalib as pada masa kecilnya adalah penyembah berhala. Kaum Rafidhi
(orang-orang Syi’ah) tidak mampu menetapkan dan membuktikan keimanan dan
keadilannya.” Ibnu Taimiyah mengemukakan dalilnya seperti ini, “Apabila kaum
Rafidhi ingin bersandar pada kemutawatiran riwayat-riwayat hijrah dan jihad
Ali, maka harus dikatakan bahwa keislaman, salat, puasa, jihad Muawiyah, Yazid
dan para khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah lebih mutawatir [Al-Durar
al-Kaminah fi A’yan al-Miat al-Tsâminah, jilid 1, hal. 181-182].
Seluruh
riwayat yang berisikan pujian kepada Ali bin Abli Thalib melalui lisan suci
Rasulullah Saw dipandang lemah oleh Ibnu Taimiyah dan menilainya sebagai hadis
palsu. Sehubungan dengan hadis, “Ana madinatul ‘ilm wa Aliyyun Babuha” (Aku
adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya), Ibnu Taimiyah berkata, “Hadis ini
adalah hadis lemah dan matannya tidak dapat diterima. Karena itu harus kita
katakan bahwa hadis ini adalah hadis buatan.”
Terkait
dengan hadis “aqdhakum ‘Ali” juga ia berkata, “Sanadnya lemah dan tidak
disebutkan pada kitab-kitab sunan yang masyhur dan musnad yang terkenal bahkan
yang dinukil dengan sanad lemah. Hanya orang-orang yang terkenal sebagai
pendusta yang menukil hadis ini. Sementara riwayat ini disebutkan dalam Shahih
Bukhari dan Musnad Hanbal serta kitab-kitab masyhur Ahlusunnah lainnya [Lihat
pernyataan Ibn Taimiyah dalam Al-Durar al-Kaminah fi A’yan al-Miat al-Tsâminah,
jilid 1, hal. 230].
Syeikh
Abdullah al-Habsyi berkata: “Ibnu Taimiyah sering melecehkan Ali bin Abi Thalib
dengan mengatakan, Peperangan yang sering dilakukannya (Ali) sangat merugikan
kaum muslimin”(Al-Maqolaat as-Saniyah Hal. 200).
Syekh
Hasan bin Farhan al-Maliki menyatakan: “Dalam diri Ibnu Taimiyah terdapat jiwa
nashibi dan permusuhan terhadap Ali”(Nahwa Inqod at-Tarikh al-Islami karya
Sulaiman bin Shaleh al-Khurasyi, hal. 35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar