Amerika Serikat telah lama
menutup mata atas kegiatan produksi minyak ilegal dan perdagangan minyak oleh
ISIS dan tidak segera menyerang infrastruktur teroris. Demikian hal ini
dilansir oleh Washington Times dalam artikel: “Rusia Benar: Gedung Putih Bantu
ISIS Menyelundupkan dan Menjual Minyak”, pada Selasa (8/12).
Sang penulis artikel, L.
Todd Wood, mencatat pernyataan yang dibuat oleh sejumlah pejabat senior AS
dalam menanggapi laporan dari Kemenhan Rusia yang menunjukkan bukti perdagangan
minyak ilegal melalui perbatasan Turki-Suriah.
“Utusan khusus AS dan
Koordinator Hubungan Energi Internasional Amos Hochstein mengatakan volume
minyak selundupan yang dipasok ke Turki dari wilayah Suriah yang berada di
bawah kendali ISIS secara volume tidak ada perbedaan yang signifikan, baik dari
sisi volume minyak maupun volume pendapatan,” tulis Wood. “Bagi saya ini tidak
terdengar seperti pernyataan bahwa penyelundupan sebenarnya tidak terjadi,
melainkan terdengar seperti alasan.”
Pada artikel tersebut
ditulis bahwa selama empat belas bulan, Amerika Serikat menutup mata terhadap
penyelundupan minyak tersebut. Hal ini telah memberikan kesempatan kepada
teroris untuk meraih jutaan dolar setiap bulan. “Gedung Putih mengatakan bahwa
mereka belum melancarkan serangan terhadap infrastruktur minyak ISIS karena
mereka takut hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan membahayakan
lingkungan. Namun, alasan sebenarnya yang membuat militer AS akhirnya
diperintahkan untuk menghancurkan truk yang membawa bahan bakar adalah fakta
bahwa Rusia telah membuat mereka malu,” kata Wood.
Pada artikel tersebut juga
tertulis mengenai laporan Uni Eropa yang menunjukkan bahwa militan ISIS telah
mengirim para ahli dan material ke Eropa untuk merakit senjata pemusnah massal
yang dapat menyebabkan puluhan serangan ke Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar