hidup cuma punya dua tiga hari ciuman: lalu pohon gigih ini
digelantungi beratus lebah dan bunga waktu malam bulan juni:
jika akasia merekah dan lagu sungai berlecut tasbih
lampu-lampu dan mewangi karena perempuan-perempaun mandi.
jalan-jalan raya tiba-tiba melebar dan berkilau bagai salon-salon kecantikan.
titian bergantungan dan manik-manik cahaya melingkup air
di mana aku melangkah: taman gaib berantuk dengan peziarah
orang-orang pergi ke tempat memadu hati dengan kebun-kebun
dan jalan-jalan, lapangan-lapangan luas dan bulevard,
karena mabuk aku lupa pada lorong-lorong tua Nove Mesto
yang dinding-dindingnya kelabu dan kini perkasa
memiliki kedaulatan sebuah mahligai,
duhai malam akasia, malam agung dan kelembutan yang menggoda,
jangan pergi! biarkan aku selamanya dahaga cinta dan kota Praha;
jika berakhir bulan juni, singkat seperti cinta dan ranum tubuh,
duhai malam akasia, jangan berlalu, sebelum kutiti
seluruh jembatan Praha; bukan mencari siapa-siapa, bukan juga kawan, bukan perempuan, bukan diriku sendiri.
duhai malam pemilik jejak peziarahan musim panas
tak juga kunjung pada kerinduanku bernafas dalam rambutmu;
kilau permatamu telah merasuki-ku, kuselami air bagai si pemukat terkutuk:
mampukah kukatakan: sampai lain kali duhai malam bulan juni
jika tak sempat lagi kita berjumpa, hiruplah aku dalam pelukanmu,
kekasihku yang malang. []