Label

Resensi Film Mokhtar Nameh


Kebangkitan Imam Husein as pada hari Asyura adalah di antara peristiwa penting sejarah yang mempunyai banyak aspek. Banyak buku dan tulisan terkait peristiwa bersejarah ini, bahkan akhir-akhir ini merambah ke dunia perfilman. Tidak sedikit pakar sejarah dan sosial yang menghabiskan waktu mereka untuk mengulas berbagai aspek peristiwa Asyura ini.Mokhtar Nameh adalah salah satu film serial yang mempersembahkan kebangkitan tokoh Mokhtar Al-Tsaqafi pasca peristiwa Karbala. Film serial itu disutradarai oleh Daoud Mir Baqiri. Serial Mokhtar Nameh itu dikemas dalam 40 seri yang ditayangkan oleh televisi lokal Iran dan channel satelite IFilm. Pembuatan film itu menelan waktu 9 tahun yang juga didukung dengan riset atas sejarah ini. Serial ini juga melewati 700 shooting. Dari keseluruhan pengambilan gambar itu, 100 shooting berkaitan dengan lima perang besar.

Lebih dari itu, proyek pembuatan film ini menelan dana yang tidak sedikit dan mengerahkan sumber daya manusia di berbagai bidang. 110 aktor utama dan 400 peran pembantu dilibatkan dalam serial Mokhtar Nameh ini.

Bagi Davoud Mir Baqiri, pembuatan film sejarah ini bukanlah yang pertama kali dilakukannya. Terkait serial Mokhtar Nameh, Mir Baqiri mengatakan, "Mengenal pribadi-pribadi mulia dan tokoh agama adalah hal yang menarik. Saya tertarik mengenal figur-figur agama dalam sejarah melalui dunia sinema dan televisi. Dari sisi sejarah, kebangkitan Mokhtar Al-Tsaqafi sangat sensitif. Karena langkah Mokhtar itu adalah kebangkitan pertama setelah peristiwa Asyura. Apalagi Mokhtar berhasil mencapai tujuan kebangkitannya." Mir Baqiri menambahkan, pembuatan serial Mokhtar Nameh bertujuan mengenalkan misi kebangkitan Imam Husein as dan pemikirannya."

Lebih lanjut Mir Baqiri menjelaskan, "Dari sisi skenario, serial Mokhtar Nameh mempunyai daya tarik luar biasa. Skenario dan topik yang diangkat dalam serial ini bisa dikatakan aktif dan dramatik. Apalagi alur cerita itu didukung dengan tarik ulur dan konflik para tokoh yang diperankan dalam serial tersebut. Di dunia sinema, hal seperti ini sangat berperan penting yang tentunya kian meningkatkan daya tarik film."

Imam Husein as, Pemenang Sebenarnya

Tak dapat dipungkiri, Imam Husein as mempelopori kebangkitan dengan tujuan menghidupkan kembali Islam dan menghadapi pemerintah yang lalim. Kebangkitan Imam Husein as mencapai puncaknya pada hari Asyura. Dalam pertarungan di Karbala pada hari Asyura, Imam Husein as dan para sahabatnya dibantai para musuh Allah Swt. Kebangkitan Imam Husein as terkesan kalah dalam menghadapi musuh, sedangkan pasukan Yazid bin Muawiyah terkesan menang karena mampu membantai Imam Husein as dan para sahabat setianya, bahkan menjadikan Ahlul Bait Rasulullah Saw sebagai tawanan perang. Ternyata misi kebangkitan Imam Husein tetap berlanjut pasca peristiwa Asyura. Misi kebangkitan itu dilanjutkan oleh karavan Ahlul Bait as yang dijadikan sebagai tawanan perang. Pasca Peristiwa Karbala, keluarga Rasulullah Saw yang dipimpin Sayidah Zainab as mampu berperan sebagai penyambung misi Imam Husein as. Melalui penjelasan Sayidah Zainab kepada masyarakat saat itu, konspirasi musuh yang berupaya menghancurkan Islam dan kebenaran di muka bumi ini dapat dipatahkan. Banyak yang tidak tahu bahwa kemenangan sebenarnya dalam perang ini adalah Imam Husein as.

Tidak lama setelah Peristiwa Asyura, sejumlah orang merasa menyesal karena tidak mendampingi Imam Husein as di Karbala.Setelah itu, mereka memilih untuk bersikap terhadap pemerintah lalim saat itu dan menunjukkan perlawanan terhadap Bani Umayah. Dalam sejarah disebutkan bahwa banyak pergerakan yang bermunculan setelah Peristiwa Asyura, bahkan pergerakan perlawanan itu mengatasnamakan gerakan Imam Husein as.

Kebangkitan Tawwabin dan Mokhtar adalah di antara gerakan terpenting pasca Peristiwa Asyura karena mereka berhubungan langsung dengan Peristiwa Karbala yang juga penduduk Kufah. Terkait Peristiwa Karbala, para penduduk Kufah dapat dikatakan sebagai pihak yang merasa bersalah karena mereka mengundang Imam Husein as dari Madinah ke Kufah. Namun setelah itu, mereka mencabut undangan kepada Imam Husein as setelah adanya intimidasi dari penguasa saat itu. Pada saat yang sama, Imam Husein as dan keluarganya sudah bergerak menuju ke Kufah, dan mereka dibantai di kota Karbala sebelum tiba di Kufah.

Siapakah Mokhtar Al-Tsaqafi?

Mokhtar Al-Tsaqafi adalah salah satu tokoh terkemuka dalam pergerakan pasca Peristiwa Asyura. Ketika Peristiwa Karbala terjadi, Mokhtar ada di penjara. Siapapun yang mengenal tokoh ini dapat mengetahui pesan kebangkitan Imam Husein as. Mengapa Mokhtar mampu membalas para pembunuh Imam Husein as? Siapakah Mokhtar sehingga bisa melanjutkan gerakan Imam Husein as?

Mokhtar bin Abu Ubaidah Tsaqafi pada awal tahun hijriah atau 622 masehi, lahir ke dunia. Beliau lahir di tengah keluarga Arab terkemuka. Dalam sejarah disebutkan bahwa Mokhtar adalah sosok yang berani, bijak dan pintar. Bahkan beliau berulangkali menunjukkan kepiawaian dan kecerdasannya dalam berbagai perang.

Mokhtar Tsaqafi juga disebut-sebut sebagai sahabat setia Imam Husein as yang mempunyai pengaruh besar di Kufah. Ketika Ubaidillah bin Ziyad berkuasa di Kufah, Mokhtar dijebloskan dalam penjara. Bahkan ia mendekam di penjara hingga pasca Karbala. Menurut sejarah, Mokhtar baru dibebaskan dari penjara, lima tahun setelah Peristiwa Asyura.

Setelah bebas, Mokhtar mengkoordinasi massa untuk membalas pembantaian penguasa saat itu atas Imam Husein as. Pada waktu yang tepat, Mokhtar berhasil membangkitkan masyarakat melalui gerakan perlawanannya di tahun 66 hijriah atau 685 masehi. Dalam gerakan itu, Mokhtar mampu menundukkan kota Kufah dan mengendalikan pemerintah selama 18 bulan. Setelah Kufah berhasil dikuasai, Mokhtar menerapkan hukum qishas atau eksekusi atas pembantai-pembantai Imam Husein as di Karbala. Di masa itu, Mokhtar juga berhasil menundukkan berbagai wilayah lainnya. Akan tetapi pada akhirnya, Mokhtar gugur syahid saat berperang dengan pasukan Mus'ab bin Zubeir pada tahun 67 hijriah (686 masehi). Allamah Majlesi yang juga salah satu ulama terkenal asal Iran mengatakan, "Mokhtar menyampaikan kemuliaan-kemuliaan Ahlul Bait as. Bahkan ia meyakini bahwa Ahlul Bait adalah sosok-sosok yang paling layak sebagai pemimpin pemerintah. Beliau juga merasa sedih atas segala musibah yang terjadi pada Ahlul Bait as." Penulis lainnya asal Mesir, Taufiq Abu A'lam, ketika berbicara tentang perjuangan Mokhtar Al-Tsaqafi mengatakan, " Di antara sikap tegas dan kebangkitan dalam menyikapi sejarah yang kelam adalah langkah obyektif Mokhtar Al-Tsaqafi."

Kontroversi Serial Mukhtar Nameh

Film Serial Mokhtar Nameh mendapat sambutan luar biasa dari pemirsa. Bahkan serial itu kini di-dubbing-ke berbagai bahasa. Menyusul permintaan dari para penonton di negara-negara Arab, para pejabat IRIB siap mengirimkan serial Mokhtar Nameh ke berbagai negara untuk disiarkan. Serial Mokhtar Nameh sudah di-dubbing ke bahasa Inggris, Perancis, Kurdi, Bosnia, Azari, Urdu dan Arab.

Meski demikian, sejumlah pihak berpandangan subyektif terkait serial sejarah Mokhtar Nameh ini. Serial ini dianggap menghina sejumlah sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. Terkait hal ini, Ayatollah Nasir Makarim Shirazi yang juga salah satu marji terkemuka di Iran, mengatakan, "Riwayat sejarah dan penistaan adalah dua hal yang berbeda. Film ini adalah riwayat sejarah yang disampaikan dalam berbagai versi. Kita tidak sepatutnya menutup mata terkait sejarah. Penelitian sejarah adalah sebuah masalah tersendiri, sedangkan penistaan adalah masalah lain lagi. Dua hal yang berbeda tidak sewajarnya dijadikan sebagai satu masalah yang sama." Lebih lanjut Ayatollah Nasir Makarim Shirazi mengatakan, "Jika fanatisme disisihkan, sejarah yang ada akan teraplikasi dan banyak masalah yang abstrak akan jelas."

Direktur IFilm yang juga menayangkan serial Mokhtar Nameh dengan dubbing bahasa Arab, mengatakan, "Serial ini dibuat dengan referensi sejarah yang diakui berbagai kelompok Islam, baik Sunni maupun Syiah. Tak diragukan lagi, serial ini akan mendapat sambutan luar biasa di dunia Arab." Dalam kesempatan itu, Direktur IFilm juga menyinggung ayat Al-Quran yang menyerukan ummat Islam supaya mendengar terlebih dahulu dan mengambil pendapat yang terbaik.

Pada intinya, banyak laporan yang menyatakan kepuasannya atas serial Mokhtar Nameh. Serial buatan Iran ini bukan untuk pertama kali mendapat sambutan luar biasa, khususnya di dunia Arab. Serial-serial sebelumnya seperti Nabi Yusuf dan Maryam Moqaddas juga mendapat sambutan yang dahsyat. Film Serial Mokhtar Nameh diharapkan dapat mencerahkan ummat Islam , khususnya dalam mengenal perjuangan Imam Husein as di Karbala.

Sumber: Radio Iran-Indonesia 

Fisika Kuantum dan Kearifan Timur


The Tao of Physics: An Exploration of the Parallels between Modern Physics and Eastern Mysticism telah menciptakan aliran penulisan yang baru yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan spiritualitas, dan masih menjadi perhatian karena kegemparan yang dibawanya tentang hubungan yang sebelumnya tidak diketahui. Diterbitkan pada saat ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berjaya, buku ini terasa menakjubkan karena memadukan ilmu pengetahuan modern dengan fenomena alam yang aneh, yang telah dideskripsikan dan dijelaskan oleh literatur spiritual berabad-abad yang lalu.

Capra menuliskan bahwa jagad raya yang dibayangkan oleh Issac Newton pada abad 17 bersifat mekanis, mesin raksasa yang terdiri dari benda-benda yang begerak yang, jika anda mengetahui hukumnya, bisa diprediksi sepenuhnya. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini memiliki sebab yang pasti, dan setiap peristiwa mempunyai efek tertentu. Waktu dan ruang terpisah, dan jika seseorang mengamati dari jarak yang cukup dekat, semua benda bisa diuraikan hingga ke intinya. Tetapi Teori Relativitas Einstein menunjukan bahwa benda tidak memiliki kepadatan seperti yang dirasakan oleh indra kita. Benda bukanlah “benda” melainkan energi yang mengambil rupa dan rasa suatu bentuk. Dunia ini tidak solid melainkan terus bergerak.

Ahli fisika kuantum pertama membuktikan teori ini dengan penemuan mereka bahwa materi, ketika diamati hingga ke bagian yang sangat kecil, lebih baik dipahami sebagai suatu medan di mana bentuk bentuk energi-proton, elektron dan sebagainya –tak henti henti bergerak. Dan kontras dengan jagad raya “bola billiard” versi Newton, dimana sebuah objek diduga mendorong objek lainnya untuk melakukan hal-hal tertentu, dunia versi Fisika Kuantum jauh lebih cair, tidak terikat pada hubungan sebab akibat yang kaku. Para pelopor Fisika Kuantum, Werner Heisenberg dan Niels Bohr tidak bisa mempercayai sepenuhnya hasil dan implikasi sebagian dari percobaan mereka sendiri seperti berikut ini:

[1] Partikel seringkali muncul di tempat-tempat yang tidak mereka duga.

[2] Mereka tidak bisa memprediksi kapan peristiwa sub-atomis tertentu akan terjadi, hanya bisa mencatat probabilitas terjadinya peristiwa tersebut.


[3] Tekadang partikel akan terlihat oleh para pengamat sebagi partikel, kadang tampak menyerupai pola gelombang.

[4] Berdasarkan hukum Newton, partikel bukanlah objek, melainkan indikasi reaksi dan inter-koneksi yang bisa diamati.


[5] Partikel tidak saling terpental satu sama lain saat mempertahankan sifat utama mereka. Sebaliknya mereka terus menyerap satu sama lain atau bertukar sifat.

[6] Partikel hanya bisa dimengerti jika mereka berada dalam lingkungannya, bukan sebagai objek yang terisolasi.

Singkatnya, percobaan ini mengungkapkan bahwa sifat dasar dunia fisik kita bukan seperti sekumpulan objek, melainkan jaring interaksi yang kompleks dalam gerakan yang konstan.

Fritjof Capra menuliskan bahwa nukleus sebuah atom–“isi” atom- berukuran 100.000 kali lebih kecil dari besar atomnya, namun menguasai hampir seluruh massa fisik atom. Dari sini kita mulai bisa memahami bahwa apa yang kita ketahui sebagai kursi atau apel atau orang, meski tampak solid , memiliki suatu struktur yang sebagian besar didasari oleh ruang kosong, dan sesuatu tampak solid biasanya karena ia berada dalam keadaan bervibrasi hebat.

Materi yang muncul dalam eksperimen ini sama sekali berubah-ubah. Semua partikel dapat berubah menjadi partikel lain –mereka diciptakan dari energi dan lenyap menjadi energi. Dalam medan energi partikel atom ini, perbedaan antara materi dengan ruang kosong yang ada di sekelilingnya menjadi tidak jelas, dan ruang kosong itu sendiri menjadi sesuatu yang penting. Ruang kosong itu sekarang dipahami sebagai sesuatu yang hidup, dan bentuk fisik hanyalah “manifestasi sementara dari ruang kosong tersebut”.

Ruang Kosong Sebagai Pencipta

Dengan mendalami kosmologi Hindu, Tao dan Buddha, Fritjof Capra menyadari bahwa deskripsi mereka tentang bagaimana alam raya ini berproses sesuai dengan penemuan aneh dan paradoks dalam Mekanika Kuantum. Agama-agama ini jauh lebih tua dari fisika Newton, telah lama memiliki paham keutuhan dan kekekalan. Doktrin kefanaan ditemukan dalam agama-agama tersebut, yang meyakini bahwa sifat alam ini adalah selalu mengalir dan berubah.

Dalam Fisika Kuantum, terciptanya atau hancurnya partikel sering terjadi tanpa sebab. Ada medan tempat mereka muncul, dan lenyap, tapi seakan-akan mereka bereaksi di luar aturan sebab-akibat. Tetapi Capra menuliskan bahwa kenihilan bukanlah kekosongan, paradoks yang banyak disampaikan dalam agama-agama timur. Dalam Hindu, ruang kosong ini disebut Brahman, suatu medan potensi dimana darinya segala sesuatu muncul. Dalam Buddhisme “Sunyata” adalah ruang kosong yang hidup yang melahirkan segala sesuatu yang bersifat fisik. Hal utama dalam Taoisme adalah Tao, sifat kosong yang tak berbentuk dari alam semesta yang merupakan subtansi utama penciptaan.

Oleh karena itu secara meyakinkan Capra menyatakan bahwa paradoks kepadatan dan kefanaan serta kenihilan dan keberadaan yang telah membingungkan ahli-ahli Fisika Kuantum, telah menjadi bagian dari agama-agama Timur selama berabad-abad. Ajaran yang sebelumnya mungkin dianggap sebagai jampi-jampi mistis, setidaknya dalam pandangan masyarakat Barat yang rasional, ternyata terbukti benar. Ajaran Timur sejak dulu telah mendeskripsikan dengan tepat sistem penciptaan, bukan dalam istilah matematis melainkan dalam mitologi, seni dan puisi.

Dari Banyak Menjadi Satu

Capra menuliskan bahwa tujuan mistisisme Timur, Hindu, Buddha ataupun Tao, adalah untuk mengetahui bahwa alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang utuh, meski tampaknya terdiri dari sejumlah besar objek yang terpisah-pisah. Fisika Kuantum telah menghancurkan pendapat tentang objektivitas, karena eksperimen menunjukkan bahwa partikel mengambil bentuk yang berbeda-beda tergantung bagaimana kita memutuskan untuk melihat mereka. Dalam bahasa Heisenberg, ”yang kita amati bukanlah alam itu sendiri, melainkan alam yang dilihat berdasarkan metode pengamatan kita.” Berarti, pola dalam alam yang kita amati dengan sesuatu yang dianggap sebagai objektivitas mungkin bukan realitas terakhir yang sesungguhnya, tetapi akan merefleksikan bagaimana pikiran kita berkembang. Kita berhenti menjadi pengamat dunia atom, dan menjadi partisipan di dalamnya.

Pelajaran dari Fisika Kuantum, serta pendapat filsafat Hindu dan Buddha, adalah perbedaan antara pelaku, tindakan dan objek dari tindakan bersifat artifisial. Mereka semua adalah satu.

Apa arti semua ini bagi kita secara pribadi? Pemisahan antara pikiran dan materi yang dilakukan Rene Descartes membuat diri kita sebagai ego yang terpisah dalam raganya masing-masing. Tetapi Capra mengatakan bahwa kesadaran tentang diri kita yang terpisah dari dunia menciptakan rasa fragmentasi, dimana kita memiliki beragam keyakinan, bakat , perasaan dan aktifitas. Agama-agama Timur mengatakan bahwa manusia tersesat oleh delusi ego, dan berpendapat dirinya adalah seorang aktor, dan”ketika pikiran diganggu, keanekaragaman hal terbentuk, tetapi ketika pikiran ditenangkan, keanekaragaman itu pun lenyap”.

Dengan kata lain, dunia ini akan berubah jika kita merasakannya dengan cara yang berbeda. Beranggapan dunia ini terbentuk dari jutaan hal yang berbeda sangat sesuai dengan hukum Newton, tetapi hal ini berpotensi menghancurkan jika kita menerapkan hukum ini pada diri kita sendiri. Jika kita melihat dunia ini sebagai suatu kesatuan, kita dapat menyembuhkan dan menyatukan diri kita sendiri. Kita tidak akan ingin menyakiti orang lain atau pun merusak lingkungan kita, karena itu berarti menyakiti diri kita sendiri.

Dari buku ini kita dapat mengambil satu point yaitu: Ilmu pengetahuan modern membenarkan lebih banyak lagi konsepsi spiritual atau mistis tentang alam semesta. Mistikus dan ilmuwan adalah sama-sama pengamat alam dan keduanya melaporkan hasil penemuan mereka dalam bahasa yang mereka ketahui. Mengingat bahasa ini berasal dari dunia yang berbeda, maka adanya kesamaan dalam deskripsi mereka menunjukkan bahwa kita semakin dekat pada pengetahuan tentang apa yang menggerakkan alam semesta ini. Buku ini mampu mengungkapkan bahwa alam semesta ini ternyata jauh lebih ajaib dari yang kita bayangkan –atau setidaknya lebih ajaib dari bayangan kita tentang Fisika Konvensional.

Tentang Fisika Kuantum –Tuhan Tidak Melempar Dadu


Teori kuantum Wheeler sebenarnya sudah muncul sejak pasca Perang Dunia II, digagas oleh fisikawan John A. Wheeler. Kalau kita bicara tentang teori kuantum, harus kita pahami bahwa alam semesta (maksudnya alam partikel) bersifat fluktuatif, tidak ada yang pasti, karena dikontrol oleh asas ketidakpastian Heisenberg sehingga hanya probabilitas posisi dan momentumnya saja yang kita ketahui.

Inilah yang dibenci Einstein dari teori kuantum, meski ia dikenal sebagai salah satu perintisnya yang utama (dengan Satyendrenath Bose di India, terpisah separuh bola Bumi dengan Einstein di Princeton, mereka saling surat menyurat dalam rangka menyusun sebuah statistik kuantum, kini dikenal sebagai statistik Bose-Einstein, untuk mengatur perilaku partikel-partikel berspin bulat yang berperanan membawa gaya-gaya fundamental di alam semesta/boson, dan mereka baru bertemu muka setelah tulisannya siap diterbitkan). Sampai-sampai muncul kata-katanya yang terkenal: "Tuhan tidak melempar dadu".

Materi (baca partikel) dalam mekanika kuantum memang tidak riil, karena ia selalu memiliki sifat gelombang akibat gerakannya, sementara di jagat raya ini tidak ada partikel yang diam mutlak. Gambarannya begini, kita lihat seseorang yang sedang duduk, meski secara kasatmata ia nampak diam, namun menurut mekanika kuantum sebenarnya tidaklah demikian. Orang itu jelas tersusun oleh partikel-partikel seperti elektron, proton dan neutron ditambah meson (yang saling bertukaran antar neutron dalam menciptakan gaya inti) yang semuanya selalu bergerak. Sementara menurut mekanika kuantum, partikel yang bergerak selalu menghasilkan gelombang de Broglie sehingga status partikel itu menjadi bias, di satu saat ia muncul sebagai "butiran" (baca materi), sementara di saat yang lain ia muncul sebagai gelombang. Sehingga partikel-partikel penyusun orang yang sedang duduk itu sebenarnya selalu berganti-ganti sifat dari materi ke gelombang dan sebaliknya secara terus menerus.

Bagi mekanika kuantum, materi dan gelombang adalah dua sisi dari sekeping uang logam yang sama. Hal ini sebenarnya tidak aneh, karena jika kita mempelajari relativitas umum, kita juga akan menemukan kesimpulan bahwa materi dan energi sebenarnya merupakan dua bentuk berbeda dari sesuatu yang sama.Dengan menggabungkan mekanika kuantum dan relativitas umum, kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa materi merupakan bentuk energi yang terkurung dalam ruang-waktu yang melengkung.

Apakah hal itu aneh? Masih lebih aneh teori string. Menurut teori ini, partikel-partikel yang beragam itu (mulai dari baryon, meson hingga lepton dan boson-boson pembawa gaya) tidaklah berwujud "butiran" (mirip kelereng) sebagaimana gambaran yang ada selama ini, namun berbentuk string (dawai, seperti senar gitar) yang identik satu sama lain. Yang membedakan satu partikel dengan partikel lainnya adalah frekuensi getaran dawai masing-masing. Jadi, jika anda melihat orang duduk tadi, silahkan dibayangkan sendiri bahwa orang tersebut sebenarnya tersusun oleh trilyunan dawai yang selalu bergetar dengan frekuensinya masing-masing. Meski teorinya cukup "aneh", namun inilah teori fisika yang berkembang pesat dalam 20 tahun terakhir ini dan dalam konferensi internasional tentang relativitas umum dan gravitasi 2003 disebutkan teori string inilah yang menjadi kandidat terkuat bagi Theory of Everything (TOE), teori yang mempersatukan mekanika kuantum dan relativitas umum.

[1] Kalo semua makhluk hidup meninggal, Bumi dan alam semesta tidak akan lenyap, masih tetap ada. Karena jika kita tinjau dari sudut pandang relativitas, meninggalnya makhluk hidup tidak mengakibatkan gangguan pada ruang-waktu. Kita ambil contoh pada peristiwa "The Great Dying" 250 juta tahun silam, dimana 96 % populasi makhluk hidup musnah akibat tumbukaan asteroid raksasa yang membentuk basin Bedout High (kini ada di lepas pantai sebelah barat laut Australia), tidak ada gangguan pada ruang-waktu dan Bumi tetap utuh hingga kini.

Alam semesta memang bisa lenyap, jika terjadi gangguan besar pada ruang-waktu, sehingga ruang-waktu sobek/terbelah. Peristiwa ini diperkirakan akan terjadi dalam 20 milyar tahun mendatang karena pemuaian alam semesta telah demikian cepat hingga gravitasi tidak sanggup lagi menahannya dan ruang-waktu telah demikian merenggang hingga daya tahannya terlampaui. Karena ruang-waktu bersifat aktif dan menjadi bagian inheren dari seluruh materi dan energi, maka sobeknya ruang-waktu membuat materi dan energi kehilangan kestabilannya selama ini dan akan musnah. Kemusnahan yang sempurna, mulai dari galaksi hingga lepton. Cukup mengesankan bahwa mekanika kuantum juga meramalkan proton-proton di alam semesta akan meluruh (yang berarti kehancuran materi yang disusun oleh proton), namun dalam tempo yang jauh lebih lama dibanding saat sobeknya ruang-waktu.

[2] Fisika kuantum secara umum memang membuat manusia lebih bisa memahami alam semesta ini bekerja di dunia partikel dan sekaligus mengatur perilakunya. Secara praktis kegunaannya sangat banyak, mulai dari sel surya, komputer yang kita gunakan hingga ke teknologi laser, baik yang digunakan dalam persenjataan maupun yang ada dalam CD-ROM kita.

[3] Lubang hitam atomik, atau lubang hitam mini (dalam bahasa Wheeler) adalah jenis lubang hitam berukuran mini dengan massa jauh di bawah massa minimal bagi pembentukan lubang hitam 'klasik'. Lubang hitam mini bisa terbentuk oleh tekanan sangat besar dalam waktu teramat singkat di suatu titik. Lubang hitam mini bisa disintesa oleh manusia, teorinya. John Wheeler pernah menghitung, jika seluruh Deterium yang ada di perairan Bumi kita diekstrak dan dibentuk menjadi sebuah bom Hidrogen maharaksasa untuk kemudian diledakkan, maka tekanan ekstrabesar di pusat ledakan akan menghasilkan sebuah lubang hitam mini (tentu saja, persoalannya tinggal apakah Bumi ini masih ada dan masih adakah manusia yang tersisa pasca ledakan itu untuk menyaksikan lubang hitam mini ini?).

Di alam semesta, lubang hitam mini diperkirakan terbentuk pada saat big bang dan hingga kini masih cukup banyak yang tersisa dan bergentayangan ke mana-mana. Meskipun mini, lubang hitam ini jangan dianggap enteng. Sebuah lubang hitam yang bergaris tengah 3 cm (alias sedikit lebih besar dari kelereng) memiliki massa yang sama dengan Bumi kita. Terjadinya ledakan hebat di atas Tunguska pada 30 Juni 1908, oleh salah satu analisis, diperkirakan ditimbulkan oleh masuknya lubang hitam mini ke Bumi, mengingat hingga kini di lokasi ledakan tidak ditemukan satu pun meteorit yang semula diduga menjadi penyebabnya.

Lubang hitam astronomik, alias lubang hitam klasik, adalah lubang hitam yang terbentuk sebagai hasil akhir proses evolusi bintang-bintang massif, seperti yang diramalkan Chandrasekhar dengan mekanika kuantum dan Oppenheimer dengan relativitas umum. Hanya bintang-bintang dengan massa > 3 kali massa matahari yang sanggup membentuk lubang hitam, karena bintang-bintang inilah yang takkan sanggup melawan gravitasinya sendiri begitu semua Hidrogen-nya (dan Helium-nya) habis terbakar dalam fusi sehingga akan terus mengerut menjadi obyek yang sangat kecil, yang tersusun oleh partikel-partikel paling sederhana (kuark dan lepton), hingga membuat ruang-waktu di sekelilingnya melengkung tak terhingga membentuk asimtot.

Bintang seperti matahari tidak akan berevolusi menjadi lubang hitam, karena begitu Hidrogen dan Heliumnya habis, gravitasi memang mulai membuatnya mengerut namun pengerutan ini masih bisa ditahan oleh gaya tolak-menolak antar elektron yang kini telah berdesakan dengan demikian rapat, seperti keadaan electron-elektron pada sebatang besi, sehingga energi Fermi-nya cukup besar untuk mencegah pengerutan lebih lanjut. Terbentuklah bintang cebol putih yang densitasnya hampir sama dengan besi. Kelak jika matahari berevolusi menjadi cebol putih, ia akan mengerut menjadi seukuran Mars aja. Sementara bintang dengan massa antara 1,4 dan 3 kali massa matahari akan terus melanjutkan pengerutannya sampai elektron-elektronnya kian terdesak hebat hingga energi Fermi-nya melampaui energi ambang reaksi antara proton dan elektron (p + e --> n). Terbentuklah bintang neutron, yang densitasnya hampir sama dengan densitas inti-inti atom. Seandainya matahari bisa menjadi bintang neutron, diameternya hanya 10 km.

[4] Tachyon adalah segala macam partikel hipotetik yang memiliki kecepatan superluminal (lebih cepat dari cahaya dalam ruang vakum) sehingga massa (diam)-nya imajiner, namun energi dan momentumnya riil. Memang, berdasarkan relativitas khusus, jika kita mempercepat sebuah partikel hingga mencapai kecepatan cahaya, maka massa relativistiknya akan menjadi tak terhingga dan hal itu tidaklah mungkin terjadi. Namun jika kita mengganti massa diam partikel itu dengan massa imajiner, kita akan mendapatkan pada kecepatan di atas kecepatan cahaya, partikel ini justru memiliki massa relativistik yang riil (ingat bahwa bilangan imajiner murni dibagi dengan bilangan imajiner murni yang lain akan menghasilkan bilangan riil). Bila tachyon bergerak di bawah kecepatan cahaya, massa relativistiknya menjadi imajiner sehingga tachyon tidak akan lebih lambat dari cahaya. Relativitas khusus juga menunjukkan, energi kinetik tachyon akan menurun bila kecepatannya bertambah dan akan meningkat bila kecepatannya berkurang. Sifat semacam ini sangat bertolak belakang dengan sifat-sifat partikel yang kita kenal, yang memiliki massa diam riil.

Relativitas umum memungkinkan munculnya partikel superliminal semacam ini, asalkan ia berada sangat jauh dari pengamat. Namun menurut mekanika kuantum, keberadaan tachyon justru akan menyalahi salah satu prinsip fundamental fisika teori: kausalitas. Interaksi tachyon dengan partikel-partikel bermassa diam riil akan menghasilkan keadaan tercampur antara masa lalu dan masa depan pada garis dunia dalam pasangan tersebut.

Sampai saat ini eksistensi tachyon memang belum ditemukan. Memang ada laporan tentang teramatinya partikel superluminal dalam guyuran sinar kosmik pada tahun 1973 oleh Philip Crough dan Robert Clay, yang sekaligus memunculkan dugaan adanya tachyon bermassa diam riil. Namun pengamatan-pengamatan berikutnya tidak berhasil mendeteksi partikel tersebut. Meski begitu, konsep tachyon kini telah diterapkan dalam berbagai teori fisika, satu di antaranya adalah teori string. Dalam teori string, tachyon diperkenankan eksis dengan frekuensi getar tertentu. Pada konferensi internasional tentang relativitas umum dan gravitasi di tahun 2003, salah satu sifat aneh tachyon mulai bisa diterima oleh para fisikawan masa kini, yakni bahwa dalam sebuah lubang hitam, materi yang tersedot masuk ke dalamnya tidak akan lenyap, namun mengalami keadaan tercampur antara masa lalu dan masa depannya, dengan fluks informasi kuantum dijamin utuh.

Sumber: Astronomi.us - Blog Astronomi Indonesia

Sejumlah Keajaiban Setelah Imam Husain Syahid di Karbala


“Ketika Al-Husain as terbunuh, di sudut-sudut langit terlihat warna-warna kemerahan. Warna merah itu menandakan bahwa langit tengah menangis. Sewaktu pasukan musuh membagi-bagikan sejenis tumbuhan berwarna kuning milik Al-Husain as, tumbuhan itu berubah menjadi abu. Dan sewaktu mereka menyembelih seekor unta yang dirampas dari kemah Al-Husain as, mereka menemukan sejenis kayu di dagingnya” (Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 311, Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Al-Mahasinu wa Al-Masawi hal. 62, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 467-469).

“Kepala suci Al-Husain as. yang berada di ujung tombak berbicara dengan membawakan ayat-ayat suci Al-Quran dan lainnya” (Miftahu Al-Naja fi Manaqib Aali Al-’Aba hal. 145, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 127, Al-Kawakibu Al-Durruiyyah hal. 57, Is’afu Al-Raghibin hal. 218, Nuuru Al-Abshar hal. 125, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 452-453).

“Pada hari Al-Husain as terbunuh, langit meneteskan hujan darah sehingga semua orang pada keesokan harinya mendapati apa yang mereka miliki telah dipenuhi oleh darah. Darah itu membekas pada baju-baju mereka beberapa waktu lamanya, hingga akhirnya terkoyak-koyak. Warna merah darah terlihat di langit pada hari itu. Peristiwa tersebut hanya pernah terjadi saat itu saja” (Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89, Dzakhairu Al-’Uqba hal. 144, 145 dan 150, Tarikh Dimasyq -seperti yang disebutkan di muntakhab (ringkasan)-nya- 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116 dan 192, Al-Khashaishu Al-Kubra hal. 126, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Al-Ithaf bi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Tarikhu Al-Islam 2 hal 349, Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 458-462).

“Ketika kepala Al-Husain as dibawa ke istana Ubaidillah bin Ziyad, orang ramai melihat dinding-dinding mengalirkan darah segar” (Dzakahiru Al-’Uqba hal. 144, Tarikhu Dimasyq seperti yang disebutkan dalam muntakhab-nya 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 322, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 463).

“Di dinding sebuah gereja tertulis: Apakah umat yang membantai Al-Husain mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat. Ketika pendeta yang berada di sana ditanya tentang tulisan tersebut dan siapakah yang menulisnya, ia menjawab, “Bait syair ini telah tertulis di sini sejak lima ratus tahun sebelum nabi kalian diutus.” (Tarikhu Al-Islam wa Al-Rijal hal. 386, Al-Akhbaru Al-Thiwal hal. 109, Hayatu Al-Hayawan 1 hal. 60, Nuuru Al-Abshar hal. 122, Kifayatu Al-Thalib hal. 290 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567-568.

“Seorang penduduk Najran saat menggali tanah menemukan sebuah kepingan emas yang bertuliskan: Apakah umat yang telah membantai Al-Husain mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat” (Miftahu Al-Naja hal. 135, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 566).

“Sebuah tembok merekah lalu muncullah sebuah telapak tangan yang bertuliskan: Apakah umat yang telah membantai Al-Husain mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat.” (Tarikhu Al-Khamis 2 hal. 299 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567). “Sesaat setelah Al-Husain as terbunuh, warna langit menghitam pekat sekali. Lalu bintang-bintang bermunculan di siang hari, sampai-sampai bintang kembar terlihat di waktu sore. Segumpal tanah berwarna merah jatuh dari atas. Langit terlihat berwarna merah bagai darah selama tujuh hari tujuh malam” (Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339 dan Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116).