Label

Andai Terjadi Perang Dunia Ketiga


Oleh Igor Panarin*

Haruslah diakui, pengamatan ini hanya berbasis asumsi –bahwa jika Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya memaksakan kehendak menjalankan roadmap (peta jalan) penaklukkan dunia via Jalur Sutra (Timur Tengah dan Afrika Utara) sesuai paparan Wesley Clark (2005) di Pentagon dahulu, maka izinkanlah saya membuat analisa kecil-kecilan dan GARIS BESAR ke depan perihal “peta politik global” dekade 2012 dan tahun berikutnya. Namun bila AS dan sekutu mundur dari Jalur Sutra, maka sudah barang tentu ramalan ini pun gugur dengan sendirinya. Adapun prakiraan tersebut adalah sebagai berikut:

[1] Syria dan sekitarnya bakal menjadi pemicu sekaligus proxy war (lapangan tempur) Perang Dunia (PD) III di Abad 21 antara AS dan sekutu [NATO, ISAF, P-GCC, IDF dan lain-lain] Versus Syria, Iran, Hizbullah –yang dibantu oleh Rusia, Cina, Venezuela, Kuba dan lainnya.

[2] Israel bakal hancur lebur –bahkan mungkin terhapus dari peta dunia, lalu digantikan oleh Hamas-Fatah, atau Pemerintahan Palestina Baru yang lebih kondusif dan konstruktif bagi Dunia Arab dan sekitarnya.

[3] US Dollar tak lagi dipercaya dan tidak digunakan oleh dunia. Uniknya, sikap “menolak dolar” ini justru dipelopori Cina dan bahkan Jepang itu sendiri selaku sekutu dekat AS di Asia (aneh dan fenomenal?). Dollar kembali ke negeri asalnya. Inilah “tsunami dollar” yang diperkirakan menjadi momentum munculnya revolusi sosial di negeri Paman Sam.  Skenario keruntuhan Dinasti Amerika ditandai dengan merebaknya kerusuhan massa dimana-mana, dan niscaya AS terpecah–belah menjadi beberapa negara merdeka sebagaimana yang saya ramalkan dan saya katakan di beberapa media. Sebabnya ada beberapa “kekuatan luar” yang masuk juga berkepentingan dalam revolusi tersebut.

[4] Uni Africa semakin kokoh membentuk kekuatan tersendiri (new emerging force) yang mempunyai bargaining position tinggi di dunia –terutama terhadap Dunia (Uni) Eropa dan sekitarnya dalam koridor lain serta kepentingan selain militer (asimetris).

[5] Keruntuhan AS mengakibatkan hubungan antar negara di Asia khususnya Asia Tenggara lebih mesra dan soft dibanding era sebelum-sebelumnya baik formal maupun forum non formal –terutama pihak-pihak yang sering bertikai seperti Malaysia–Indonesia. Malaysia tak lagi berani menebar “provokasi”-nya di perairan Indonesia dikarenakan pudarnya peran International Security Assistance Force (ISAF), andalannya beberapa dekade lalu.

[6] Sikap Singapura pun berubah “sopan” sebab keangkuhannya selama ini ternyata didukung oleh super power AS dan para adidaya Barat lainnya –serta menganggap seolah-olah dirinya adalah “Israel”-nya Asia.

[7] Bagaimana dengan Indonesia? Diperkirakan Indonesia akan bangkit dari keterpurukannya selama ini. Hal terpuruknya Indonesia disebabkan sikapnya yang selalu tunduk kepada Amerika, padahal jika negara ini tahu sedikit saja akan posisi dan potensinya maka akan menjadi negara yang sangat mandiri dan maju. Tapi bersamaan dengan keruntuhan Amerika dan Eropa negara ini akan menemukan kembali kapabilitasnya. Entah dengan cara apa dan bagaimana. Maka ibarat putri raja bangun dari tidur panjang, melenggang tanpa bersolek pun tetap mempesona dunia.

Di awal kebangkitan, Indonesia mutlak bersikap keras lagi tegas –terutama terhadap organisasi massa (ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang selama ini gencar mempromosikan isu-isu yang pada dasarnya “menginduk” kepada Amerika dan sekutu Baratnya, atau pun terikat dengan kontrak jaringan LSM asing. Diyakini akan ada langkah-langkah audit oleh lembaga negara atas kebijakan pemerintah secara ketat, cermat lagi teliti atas aliran dana yang selama ini dinikmati oleh segelintir oknum individu, ormas dan LSM ‘komprador’ asing tersebut.

Tetapi, ramalan tetaplah ramalan. Hukumnya boleh percaya boleh tidak. Artinya jangan sekali-kali diyakini sepenuh hati.  *Igor Panarin adalah ilmuwan asal Rusia dan pengamat politik dunia. Selama ini banyak di antara hasil pengamatannya yang menjadi kenyataan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar