Label

Wajah Politik Muawwiyah

Pengakuan Muawiyah Dalam Menentang Kekhalifahan Imam Ali

Artikel ini bukan untuk diperdebatkan, cukup disimak saja biar gak pro-kontra, anggap sebagai pengetahuan buat menambah wawasan, jangan dimasukkan dalam hati jika bertentangan dengan keyakinan anda, piss…salam damai!!!

Pengakuan Muawiyah bahwa dia dalam menentang ke khalifahan Imam Ali AS adalah karena mengikuti jejak yang telah dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar dalam merampas hak kekhalifahan Imam Ali AS. Pengakuan Muawiyah tersebut bisa di simak dalam surat balasan Muawiyah kepada Muhammad bin Abu Bakar di bawah ini:

Sejahrawan besar ahlus sunnah, Baladzuri, dalam kitabnya Ansab al Asyraf jilid II hal 393-397, Nasr bin Muhazin dalam karyanya Waq’at ash Shiffin hal 118-121; Ibnu Abil al Hadid, Syarh Nahjul Balaghah jilid III hal 188, Mas’udi pada karyanya Murudz Dzahab jil III hal 465, Abdul Malik bin Husain al Islami pada kitabnya Samth an Nujum al ‘awali Jilid II hal 465 mendokumentasikan surat menyurat antara Muawiyah dan Muhammad bin Abu bakar yang kemudian membongkar misteri bagaimana kekhalifahan itu berpindah tangan, dan berikut adalah isi surat tersebut:

Isi Surat Muhammad bin Abubakar Kepada Muawiyah bin Abu Sofyan

“Dari Muhammad Bin Abu Bakar, kepada si tersesat Muawiyyah bin Shakhr

Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah!

Amma ba’du, sesungguhnya Allah swt, dengan keagungan dan kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah kelemahan dalam kekuasaan-Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. Ia menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya. Dia menjadikan orang yang tersesat atau orang yang lurus, orang yang malang dan orang yang beruntung.

Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Maha Tahu memilih dan mengkhususkan Muhammad SAW dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang memilih Muhammad saw berdasarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai rasul dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya, mengimaninya, membenarkanya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima Islam sebagai agamanya, adalah saudaranya dan misannya Ali bin Abi Thalib, yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua kesayangannya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan dirinya sendiri pada saat-saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai dengan perdamaiannya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang maupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan serta dihinakan.
Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad. Tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang mendekatinya dalam amal perbuatanya.

Dan saya heran melihat engkau hendak menandinginya! Engkau adalah engkau! Sejak awal Ali unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus dalam niat, keturunannya paling bagus, istrinya adalah wanita utama.  Dan saudaranya (Ja’far) syahid di perang Mu’tah. Dan seorang pamannya (Hamzah) adalah penghulu para syuhada Perang Uhud. Ayahnya adalah penyokong Rasulullah saw dan istrinya.

Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasululah saw. Kamu berdua berjihad untuk memadamkan Nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan menghasut dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan dan mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan engkau melanjutkan perbuatanya seperti itu pula.

Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang meminta-minta perlindungan engkau, yaitu dari kelompok musuh Rasulullah yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimpin yang munafiq dan pemecah belah dalam melawan Rasulullah saw.

Sebaliknya sebagai saksi bagi Ali dengan keutamaanya yang terang dan keterdahuluannya (dalam Islam) adalah penolong-penolongnya yang keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al Qur’an, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Dan mereka itu merupakan pasukan yang berada di sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut ditaati dan malapetaka bila mengingkari.

Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedang dia adalah pewaris dan pelaksana wasiat Rasulullah saw, ayah anak-anak Rasulullah saw, pengikut pertama, dan yang terakhir menyaksikan Rasulullah saw, teman berbincang, penyimpan rahasia dan serikat Rasulullah saw dalam urusanya. Rasulullah saw memberitahukan pekerjaan beliau kepadanya, sedangkan engkau adalah musuh dan anak dari musuh beliau.

Tiada peduli keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al Ash menghanyutkan engkau dalam kesesatanmu, akan tampak bahwa waktumu berakhir sudah dan kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa yang akan memiliki masa depan yang mulia. Engkau tidak mempunyai harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau pikirkan.

Kepada-Nya engkau berbuat licik, Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombonganmu membuat engkau jauh dari Dia.

Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk”.

Dan inilah balasan Muawiyyah bin Abu Sofyan kepada Muhammad bin Abubakar

“Dari Muawiyyah bin Abu Sufyan, kepada pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abubakar.

Salam kepada yang taat kepada Allah.

Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Maha Kusa dan Nabi pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaikan. Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah saw dan bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.

Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada orang lain.

Di jaman Nabi saw, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaanya jauh di atas kami. Dan Allah SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi Dia menampakkan dakwah-Nya dan menjelaskan hujjah-Nya. Kemudian mengambil Nabi Saw ke sisi-Nya.

Ayahmu dan Faruqnya (Umar) adalah orang-orang pertama yang merampas hak Ibnu Abi Thalib. Hal ini diketahui umum. Kemudian mereka mengajak Ali membai’at Abu Bakar, tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai dengan mereka berdua.

Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak juga mereka menyampaikan kepadanya rahasia mereka, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.

Kemudian bangkitlah orang ketiga, yaitu Utsman yang menuruti tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang kerusakan-kerusakan yang dilakukan Utsman agar orang-orang yang berdosa di propinsi-propinsi mengembangkan maksud-maksud buruk terhadapnya dan engkau bangkit melawannya. Engkau menunjukkan permusuhanmu kepadanya untuk mencapai keinginan-keinginanmu sendiri.  

Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan! Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau urusi. Engkau tidak dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu peristiwa. Tak ada yang dapat menyamainya.

Ayahmu bekerja sama dengan dia mengukuhkan kekuasaanya. Bila kamu katakan bahwa tindakanmu benar, maka ketahuilah ayahmu yang mengambil alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Apabila ayahmu tidak melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak Abu Thalib (Imam Ali, red) dan kami akan sudah menyerah kepadanya. Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan Ali seperti ini di hadapan kami, dan kami pun mengikutinya, maka cacat apapun yang akan kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri atau berhentilah turut campur. Salam bagi orang yang kembali”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar