Bangsa
Khazar adalah sekutu penting Kekaisaran Bizantium dalam menghadapi Kekaisaran Sassania [1], dan merupakan kekuatan
utama di wilayah itu pada puncak kejayaannya. Mereka terlibat dalam serangkaian
peperangan yang mereka menangi dengan Kekhalifahan
Arab,
kemungkinan menghalangi invasi Arab ke Eropa Timur.
Pada akhir abad
ke-10, kekuasaan mereka dipatahkan oleh Rus
Kiev [2], dan bangsa Khazar boleh dikatakan lenyap dari sejarah.
Setelah
memeluk Yudaisme, bangsa Khazar sendiri menelusuri asal usul mereka kepada Kozar, anak dari Togarma. Togarma disebutkan dalam Kitab
Suci Ibrani sebagai cucu Yafet. Namun demikian tidak mungkin ia dianggap sebagai leluhur
sebelum tradisi Alkitab diperkenalkan kepada bangsa Khazar.
Sejumlah
sejarahwan telah mencari kemungkinan hubungan antara bangsa Khazar dengan suku-suku Israel yang hilang, namun
para sarjana modern umumnya menganggap mereka sebagai bangsa Turki yang
bermigrasi dari Timur. Para sarajana di bekas Uni Soviet
menganggap bangsa Khazar sebagai penduduk pribumi dari Kaukasus
Utara. Sebagian sarjana, seperti D.M. Dunlop, menganggap bangsa
Khazar terkait dengan sebuah konfederasi suku Tiele yang disebut He'san dalam sumber-sumber Tiongkok dari abad ke-7
(Suishu, 84). Namun demikian, bahasa Khazar tampaknya
merupakan bahasa Oghurik,
yang serupa dengan bahasa yang digunakan oleh bangsa Bulgar kuno. Karena
itu, muncul dugaan pula bahwa mereka berasal dari bangsa Hun. Karena
bangsa-bangsa Turkik secara etnis tidak pernah homogen, gagasannya tidak
dianggap saling eksklusif. Ada kemungkinan bahwa bangsa Khazar terdiri dari
suku-suku yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, karena bangsa-bangsa
steppa biasanya menyerap bangsa-bangsa yang mereka taklukkan.
Catatan
sejarah Armenia
mengandung rujukan-rujukan kepada bangsa Khazar sejak akhir abad kedua. Catatan-catatan ini
biasanya dianggap sebagai anakronisme, dan kebanyakan
sarjana percaya bahwa mereka sesungguhnya merujuk kepada bangsa-bangsa Sarmatian atau Skitia. Priscus mengisahkan bahwa salah
satu bangsa-bangsa dalam konfederasi Hun disebut Akatziroi. Raja mereka bernama Karadach atau Karidachus.
Sebagian orang melihat adanya persamaan antara kata Akatziroi dan
"Ak-Khazar" (lih. bawah), mengajukan spekulasi bahwa bangsa Akatziroi
adalah proto-bangsa Khazar yang awal.
Dmitri
Vasil'ev dari Universitas
Negeri Astrakhan baru-baru ini mengajukan hipotesis bahwa bangsa Khazar
pindah ke wilayah steppa Pontik baru pada akhir tahun 500-an, dan
mula-mula hidup di Transoxiana. Menurut Vasil'ev, populasi Khazar tetap
tinggal di Transoxiana di bawah Pecheneg dan pertuanan Oghuz, kemungkinan tetap berhubungan
dengan kumpulan utama bangsa mereka.
Seorang
penulis Yahudi, Arts Kistler, seorang sarjana yang jarang ada tandingannya di
kalangan Yahudi, memandang bahwa Yahudi Khazar inilah kabilah ketiga belas. Dan
Kistler secara praktis berkesimpulan dalam bukunya The Thirteenth Tribe,
bahwa mayoritas kaum Yahudi sekarang ini bukan berasal dari dua belas kabilah
keturunan Nabi Ya'qub sebagaimana kisah tentang mereka disebutkan dalam Alquran
dan Taurat. Bahkan, mereka telah menyimpang dari kabilah Khazar, kabilah ketiga
belas. Keturunan mereka ini menyebar di berbagai negara Eropa Timur, khususnya
Polandia, Hongaria dan Rusia. Artinya, mereka tidak berasal dari Palestina,
tetapi dari Kaukasia dan Asia Tengah. Ini bisa menolak dan membatalkan istilah
lahirnya permusuhan di kalangan orang-orang Semit dari benih-benih orang
Palestina.
Demikian
pula menurut pengakuan Profesor Abraham Bolyake, seorang Yahudi keturunan
Rusia, yang kemudian berhijrah ke Palestina dengan ayahnya pada tahun 1923.
Pada masa selanjutnya , ia menjadi guru besar sejarah Yahudi di Universitas Tel
Aviv. Dalam berbagai kajian dan tulisannya, ia menyatakan bahwa Yahudi yang sekarang
itu menyempal dari Khazar, suku ketiga belas. Bahkan, beliau dengan
terang-terangan menyerang pendapat yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi
sekarang adalah pelarian dari kabilah yang konsisten pada Taurat. Tentu saja
pendapatnya tersebut sekaligus membantah cerita atau dongeng tentang kaum
Yahudi sebagai bangsa pilihan.
William
G. Car, dalam bukunya Bebatuan di Papan Catur, mengatakan,
"Mulailah etnis selain Semit, Turki dan Finlandia, mengirimkan utusannya
ke Eropa; (mereka) datang dari Asia sejak abad ke-1 M di sepanjang perjalanan
bumi yang terjadi di sebelah utara laut Caspienne (Qiswin/Khazar). Sejarah
mencatat bangsa-bangsa penyembah berhala itu bernama Khazar. Mereka pernah
tinggal di wilayah timur jauh Eropa. Disitu mereka membentuk kerajaan Khazar
yang kuat. Lalu mereka membentangkan kekuasaannya sedikit demi sedikit melalui
peperangan berkali-kali sehingga, pada akhir abad ke-2 M, mereka mampu
menguasai sejumlah besar wilayah di Eropa Timur atau sebelah barat gunung Qural
dan sebelah utara Laut Hitam. Ketika itu, orang-orang Khazar lebih suka memilih
agama Yahudi ketimbang agama Kristen atau Islam. Mereka dirikan gereja dan
sekolah-sekolah untuk mengajarkan dan mengembangkan ajaran Yahudi di seluruh
pelosok wilayah kerajaan atau kekuasaannya. Di puncak kekuasaan dan
kekuatannya, pemerintah Yahudi Khazar menarik upeti secara paksa dari dua puluh
lima bangsa. Saking kuatnya, pemerintah Khazar mampu bertahan dalam
kekuasaannya selama hampir lima ratus tahun. Akhirnya, pemerintahan yang kuat itu
jatuh di akhir abad ke-13 M di tangan pemerintahan Rusia yang menyerang mereka
dari sebelah utara. Praktis jiwa pemberontakan berpindah dari pemerintahan
Khazar Yahudi ke tangan pemerintahan Rusia. Pemberontakan mereka berlanjut
sampai terjadi Pemberontakan Merah pada tahun 1917. Serangan prajurit Khazar
Yahudi pada awal abad ke-13 M menjelaskan kepada kita bahwa orang-orang yang
kita sebut sebagai orang-orang Yahudi itu telah menetap secara praktis dalam
pemerintahan Komunis Rusia." (Demikian William G. Car).
Sementara
itu, Profesor Abraham dalam bukunya yang sangat bagus tentang Khazariya, yang
diterbitkan dan disebarluaskan dalam bahasa Ibrani untuk pertama kali pada
tahun 1944 di Tel Aviv, mengatakan, "Bangsa Yahudi (Khazari) itu dapat
kita anggap sebagai inti (cikal bakal) bagi pendudukan Yahudi terbesar di
wilayah timur Eropa. Sesunguhnya silsilah keturunan penduduk ini- yakni, mereka
yang menetap di tempat asalnya dan mereka yang hijrah ke amerika Serikat, serta
yang berpindah ke negara-negara lainnya, ditambah lagi dengan mereka yang pergi
ke Israil-semuanya, pada saat sekarang, telah membentuk mayoritas kaum Yahudi
di dunia. Realitas menyatakan bahwa mayoritas terbesar orang-orang Yahudi di
seluruh dunia, pada saat sekarang ini, berasal dari sebelah timur Eropa, oleh
karena itu, sangat boleh jadi bahwa kebanyakan mereka atau bahkan semuanya
berasal dari Yahudi Khazar (Caspienne). Ini berarti bahwa nenek moyang mereka
bukan dari Urdun (Ardan), melainkan dari Sungai Volga (Al-Fulja). Mereka juga
bukan berasal dari tanah Kan'an (Mesir). Mereka berasal dari Kaukasia yang
sejak dulu diyakini sebagai tempat kelahiran ras Aria. Dari segi struktur
keturunan, mereka lebih dekat ke kabilah Hon, Uigur dan Magyar, ketimbang
kabilah keurunan Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub."
Tetapi
masih ada lagi misteri besar dan unik yang belum terjawab oleh para peneliti
dan sarjana. Bahkan misteri ini juga belum terjawab oleh Profesor Abraham,
Paulyax, Kistler, Profesor An-Namsawy (Hogo F.K.), yang dianggap sebagai nara
sumber handal dan pakar dalam sejarah Khazar (Yahudi) sendiri. Misteri itu
berupa pertanyaan yang menggeliat dan membangkitkan rasa ingin tahu, yaitu,
"Mengapakah orang-orang Mesir yang kuat-kuat berubah menjadi pemeluk agama
orang-orang yang terusir-Yahudi-yakni mengikuti ajaran Yahudi?"
Sejarah
Khazar awal erat terkait dengan sejarah imperium Gokturk, yang didirikan ketika
klan Ashina menggulingkan kaum Juan Juan pada 552 M. Dengan runtuhnya
imperium Gokturk / konfederasi kesukuan yang disebabkan oleh konflik internal
pada abad
ke-7, bagian barat dari imperium Turkik terpecah menjadi dua konfederasi,
yaitu bangsa Bulgar,
yang dipimpin oleh klan Dulo, dan bangsa Khazar,
yang dipimpin oleh klan Ashina, para penguasa tradisional
dari imperium Gokturk. Pada 670, bangsa Khazar telah menghancurkan konfederasi Bulgar, dan
menyisakan tiga kelompok Bulgar di Volga,
Laut Hitam
dan di daerah Donau.
Penampilan
signifikan pertama bangsa Khazar dalam sejarah adalah ketika mereka membantu
peperangan Kaisar Heraclius dari Bizantium dalam melawan dinasti Sassania dari Persia. Pemerintah
Khazar, Ziebel (kadang-kadang diidentifikasikan sebagai Khagan Tong Yabghu dari
bangsa Turk Barat) membantu bangsa Bizantium dalam mengalahkan Georgia. Bahkan direncanakan perkawinan antara
anak laki-laki Ziebel dengan anak perempuan Heraclius, tetapi tidak pernah
terjadi.
Sejumlah sumber Rusia memberikan
nama seorang khagan Khazar, Irbis, dari masa ini dan menggambarkannya sebagai
seorang cangkokan dari keluarga kerajaan Gokturk, Ashina. Apakah Irbis pernah
ada atau tidak, masih diperdebatkan, demikian pula masalah apakah ia dapat
diidentifikasikan sebagai salah satu dari banyak penguasa Gokturk yang memiliki
nama yang sama. Beberapa konflik lebih lanjut meletus dalam dekade-dekade yang
berikutnya, dengan serangan-serangan Arab dan Khazar ke Kurdistan
dan Iran.
Ada bukti dari laporan al-Tabari bahwa bangsa Khazar membentuk sebuah front
bersama dengan sisa-sisa bangsa Gokturk di Transoxiana.
Bangsa Khazar dan Bizantium
Kekuasaan bangsa Khazar terhadap
sebagian besar wilayah Krim
bermula pada akhir tahun 600-an. Pada pertengahan 700-an bangsa Goth Krim yang pemberontak
ditaklukkan dan kota mereka, Doros ( Mangup-Kale modern)
diduduki. Seorang tudun Khazar merupakan penduduk di Cherson pada tahun 690-an,
meskipun kenyataannya kota ini secara nominal takluk kepada Kekaisaran Bizantium. Mereka juga
diketahui bersekutu dengan Kekaisaran Bizantium selama
sekurang-kurangnya bagian dari tahun 700-an. Pada 704/705 Yustinianus
II, yang hidup di pembuangan di Cherson, melarikan diri ke
wilayah Khazar dan menikahi saudara perempuan Khagan waktu itu, Busir. Dengan pertolongan
istrinya, ia melarikand iri dari Busir, yang sedang menyusun intrik dengan Tiberius III yang merebut
kekuasaan, membunuh dua pejabat Khazar dalam prosesnya. Ia melarikand iri ke Bulgaria,
yang pemimpinnya, Khan Tervel menolongnya merebut kembali takhtanya. Bangsa Khazar
belakangan memberikan bantuan kepada jenderal pemberontak Bardanes, yang merebut
takhta pada 711
sebagai Kaisar Filipikus.
Kaisar Bizantium Leo III
menikahkan anaknya, Konstantin (belakangan Konstantin V Kopronimus)
dengan putrid Khazar Tzitzak (anak Khagan Bihar) sebagai bagian dari
persekutuan antara kedua imperium. Tzitzak, yang dibaptiskan dengan nama Irene, belakangan terkenal
karena pakaian pernikahannya, yang merupakan awal dari keranjingan fesyen di
Konstantinopel untuk jenis jubah (untuk laki-laki) yang disebut tzitzakion.
Anak mereka Leo (Leo IV)
belakangan lebih dikenal sebagai "Leo si orang Khazar"
Kekaisaran
Sassania didirikan oleh Ardashir I, setelah keruntuhan
Kekaisaran Parthia dan kekalahan raja Parthia terakhir, Artabanos IV (bahasa
Persia: اردوان, Ardavan); dan kekaisaran ini berakhir ketika Syahansyah (Raja Segala Raja)
Sasania terakhir, Yazdegerd III (632–651),
kalah dalam perjuangan selama 14 tahun untuk menyingkirkan kekhalifahan Islam yang pertama, yaitu
pendahulu dari kekaisaran-kekaisaran Islam lainnya.
Wilayah kekaisaran ini meliputi wilayah yang kini menjadi Iran, Irak, Armenia, Afganistan,
bagian timur Turki,
dan sebagian India,
Suriah, Pakistan, Kaukasia, Asia Tengah
dan Arabia.
Selama pemerintahan Khosrau II (590–628), Mesir, Yordania, Palestina, Israel, dan Libanon juga
sementara waktu merupakan wilayah kekaisaran ini.
Bangsa
Sassania menamakan kerajaan mereka Eranshahr (Wilayah
kekuasaan bangsa Iran
(Arya)) atau Ērān
dalam bahasa Persia
Pertengahan, yang menghasilkan istilah Iranshahr and Iran dalam bahasa Persia Baru.
Masa kekuasaan Sassania terbentang sepanjang periode Abad Kuno Akhir
(bahasa Inggris: Late Antiquity), dan dianggap sebagai salah satu
periode yang paling penting dan berpengaruh dalam sejarah Iran. Dalam banyak
hal periode Sassania menyaksikan pencapaian tertinggi kebudayaan Persia, dan
melambangkan kemegahan Kekaisaran Iran terakhir sebelum penaklukan muslim
dan berkembangnya agama Islam.
Menurut
legenda, veksiloid Kekaisaran Sassania
adalah Derafsh Kaviani. Diduga
juga bahwa peralihan menuju Kekaisaran Sassania melambangkan akhir perjuangan
etnis proto-Persia melawan kerabat etnis migran dekat mereka, yakni bangsa Parthia, yang tempat
asalnya adalah di Asia Tengah.
Persia
memiliki pengaruh yang cukup besar pada kebudayaan Romawi selama masa Sassania,
dan bangsa Romawi menganggap bangsa Persia Sassania sebagai satu-satunya bangsa
yang berstatus sama dengan mereka. Hal ini diperlihatkan misalnya dalam
surat-surat yang ditulis oleh Kaisar Romawi kepada Syahansyah Persia, yang pada
alamatnya bertuliskan kata "kepada saudaraku". Pengaruh kebudayaan
Sassania terbentang jauh melebihi batas-batas wilayah kekaisaran mereka, dan
bahkan menjangkau sampai Europa Barat, Afrika, Cina, dan India, serta berperan
penting dalam pembentukan seni-seni Abad Pertengahan di Eropa dan Asia.
Pengaruh
tersebut terus terbawa ke masa awal perkembangan dunia Islam. Kebudayaan yang
unik dan aristokratik dari dinasti ini telah mengubah penaklukan Islam atas
Iran menjadi sebuah Renaisans Persia. Banyak hal yang kemudian dikenal sebagai
kebudayaan, arsitektur, dan penulisan Islam serta berbagai keahlian lainnya,
diperoleh dari Sassania Persia dan kemudian disebarkan pada dunia Islam yang
lebih luas. Sebagai contohnya ialah bahasa resmi Afghanistan, yaitu Bahasa Dari
yang merupakan dialek dari Bahasa Persia, merupakan perkembangan dari bahasa
kerajaan bangsa Sassania.