Label

Zaman Batu – Kebohongan Sejarah


Oleh Harun Yahya (Sumber: A Historical Lie: The Stone Age, Istanbul: Global Publishing; 2006)

Prakata

Tahukah Anda bahwa 700.000 tahun silam, orang-orang mengarungi lautan dengan kapal yang dikonstruksi dengan baik? Atau pernahkah Anda mendengar bahwa orang-orang yang dilukiskan sebagai “manusia gua yang primitif” memiliki kemampuan dan pemahaman artistik persis seelegan seniman modern?

Tahukah Anda bahwa Neanderthal, yang hidup 80.000 tahun silam dan digambarkan oleh para evolusionis sebagai “manusia kera”, membuat instrumen musik, merasa senang dengan pakaian dan aksesoris, berjalan di pasir panas dengan sandal cetakan?

Anda mungkin tidak pernah sama sekali mendengar fakta-fakta ini. Sebaliknya, Anda justru diserahi kesan keliru bahwa orang-orang ini adalah setengah-kera setengah-manusia, tak mampu berdiri tegak lurus sepenuhnya, tidak mampu mengucapkan kata-kata dan hanya mengeluarkan suara mendengkur yang aneh. Itu karena semua kepalsuan ini telah dipaksakan kepada masyarakat seperti Anda selama 150 tahun terakhir.

Motif di balik ini adalah untuk mempertahankan filsafat kaum materialis, yang mengingkari eksistensi Pencipta. Menurut pandangan ini, yang mendistorsi setiap fakta yang menghalanginya, alam semesta dan materi adalah kekal. Dengan kata lain tidak memiliki awal, dan karenanya tidak memiliki Pencipta. Dasar yang dianggap ilmiah untuk keyakinan takhayul ini adalah teori evolusi.

Karena kaum materialis mengklaim bahwa alam semesta tidak memiliki Pencipta, mereka harus menyediakan penjelasan tentang bagaimana kehidupan dan beragam banyak spesies di Bumi muncul. Teori evolusi adalah skenario yang mereka pergunakan untuk tujuan tersebut. Menurut teori ini, semua susunan dan kehidupan di alam semesta terjadi secara spontan dan kebetulan. Suatu zat-zat mati di dunia lampau bersenyawa secara kebetulan untuk menghasilkan sel hidup pertama. Sebagai hasil dari jutaan tahun kebetulan-kebetulan yang serupa, organisme-organisme menjadi eksis. Dan akhirnya muncullah manusia, sebagai tahap akhir dari rantai evolusi ini.

Sejarah awal manusia—yang dianggap muncul sebagai hasil dari jutaan mutasi kebetulan, yang masing-masingnya lebih mustahil dari sebelumnya—telah didistorsi agar sesuai dengan skenario ini. Menurut keterangan kaum evolusionis, yang sama sekali tidak punya bukti, sejarah manusia adalah sebagai berikut: sebagaimana bentuk-bentuk kehidupan yang berkembang dari organisme primitif sampai menjadi manusia, [organisme] paling berkembang, begitu pula sejarah manusia yang pasti berkembang dari komunitas paling primitif menjadi masyarakat urban paling maju. Tapi asumsi ini sama sekali tak memiliki bukti penopang. Ini juga menggambarkan sejarah manusia yang disesuaikan dengan klaim filsafat kaum materialis dan teori evolusi.

Ilmuwan evolusionis—dalam rangka menerangkan proses evolusi yang mereka klaim terbentang dari organisme bersel satu sampai menjadi organisme bersel banyak, dan kemudian dari kera sampai menjadi manusia—telah menulis sejarah manusia. Untuk keperluan itu, mereka mengarang zaman imajiner seperti “Zaman Manusia Gua” dan “Zaman Batu” guna melukiskan gaya hidup “Manusia primitif”. Kaum evolusionis, yang mendukung kepalsuan bahwa manusia dan kera adalah keturunan nenek moyang yang sama, telah memulai pencarian baru dalam rangka membuktikan klaim-klaim mereka. Mereka kini, dari sudut itu, menerjemahkan setiap batu, atau mata panah, atau mangkuk yang ditemukan dalam penggalian arkeologi. Tapi gambar dan diorama makhluk setengah-kera setengah-manusia yang duduk dalam gua gelap, dengan pakaian bulu, dan tidak cakap berbicara, semuanya hanya fiksi. Manusia primitif tak pernah eksis, dan tak pernah ada Zaman Batu. Semua itu tak lain hanyalah skenario bohong yang diproduksi oleh kaum evolusionis dengan bantuan segolongan media.

Konsep-konsep ini semuanya adalah penipuan, sebab kemajuan mutakhir dalam sains—terutama di bidang biologi, paleontologi, mikrobiologi, dan genetika—telah sepenuhnya melumpuhkan klaim evolusi. Gagasan bahwa spesies berkembang dan bertransformasi menjadi versi “berikutnya” telah dipertimbangkan sebagai sesuatu yang tidak valid.

Dengan demikian, manusia tidak berkembang dari makhluk mirip kera. Manusia telah menjadi manusia sejak hari pertama mereka eksis, dan telah memiliki kebudayaan maju sejak hari itu hingga sekarang. Oleh karena itu, “evolusi sejarah” juga tak pernah terjadi.

Buku ini menguak bukti ilmiah bahwa konsep “evolusi sejarah manusia” merupakan kepalsuan, dan kami akan memperlihatkan bagaimana fakta penciptaan kini ditopang oleh temuan-temuan ilmiah terbaru. Manusia muncul ke dunia tidak melalui evolusi, melainkan melalui penciptaan tanpa cacat oleh Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. 



Perspektif sejarah kaum evolusionis mempelajari sejarah manusia dengan membaginya ke dalam beberapa periode, persis sebagaimana dilakukan pada perjalanan evolusi manusia itu sendiri. Konsep-konsep fiksi seperti Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi merupakan bagian penting dalam kronologi evolusionis. Karena gambaran imajiner ini disajikan di sekolah-sekolah, televisi, dan surat kabar, sebagian besar orang menerimanya tanpa mempertanyakan dan membayangkan bahwa manusia pernah hidup di suatu era ketika mereka hanya menggunakan perkakas batu dan tidak mengenal teknologi.

TIDAK PERNAH ADA ZAMAN BATU

Di periode yang dicemarkan oleh para evolusionis sebagai “Zaman Batu” tersebut, orang-orang melakukan penyembahan, mendengarkan pesan yang didakwahkan oleh rasul yang diutus kepada mereka, mendirikan bangunan, memasak makanan di dapur, mengobrol dengan keluarga, mengunjungi tetangga, menyuruh penjahit menjahitkan baju untuk mereka, mempunyai perhatian terhadap musik, melukis, membuat patung—dan, singkatnya, menjalani kehidupan yang normal sama sekali. Sebagaimana temuan arkeologis menunjukkan, terdapat perubahan dalam teknologi dan pengetahuan selama perjalanan sejarah. Tapi manusia senantiasa hidup sebagai manusia.


(Kalung batu dan kerang dari Neolitik Akhir ini tak hanya mengungkap keahlian seni dan selera orang-orang di masa tersebut, tapi juga mengungkap bahwa mereka mempunyai teknologi yang dibutuhkan untuk memproduksi objek sedekoratif itu). 

(Beberapa belanga, sebuah model meja, dan sebuah sendok yang berasal dari antara tahun 7.000 sampai 11.000 SM ini menyediakan informasi penting tentang standar kehidupan orang-orang di masa itu. Menurut para evolusionis, orang-orang di masa itu baru mengadopsi gaya hidup menetap dan baru beradab. Tapi material ini menunjukkan bahwa tidak ada yang kurang dari kebudayaan orang-orang ini, dan bahwa mereka hidup secara beradab sepenuhnya. Sebagaimana kita hari ini, mereka duduk di meja, memakai piring, pisau, sendok, dan garpu, menyambut tamu, menyuguhkan makanan/minuman kepada tamu—dan singkatnya, menjalani kehidupan teratur. Ketika temuan-temuan tersebut diuji secara keseluruhan, kita melihat bahwa dengan pemahaman seni, pengetahuan medis, metode teknis, dan kehidupan sehari-harinya, orang-orang Neolitik menjalani kehidupan manusiawi seutuhnya sebagaimana orang-orang sebelum dan sesudah mereka). 

(Kancing berumur 12.000 tahun). 

(Menurut para arkeolog, batu-batu ini, berasal dari sekitar 10.000 SM, dipakai sebagai manik-manik. Lubang sempurna pada batu sekeras itu menarik sekali untuk dicatat, sebab untuk melubanginya pasti menggunakan perkakas dari baja atau besi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar