Label

Fikih, Tabaruk & Allamah Thabathabai


Beliau termasuk seorang yang kurang cerdas hingga dalam belajar kitab paling dasar bahasa Arab di hauzah, yaitu al-Juruumiyyah, yang biasanya selesai dalam beberapa bulan saja, dipelajarinya dalam tiga tahun dan, itupun belum paham-paham dengan baik. Tapi beliau ra, jangankan dosa, hal-hal yang tidak perlu, juga tidak dilakukan. Setelah sekitar umur 16 th (kalau tidak salah ingat), beliau ra memimpikan Nabi saww dan mengeluhkan keadaannya serta minta disyafaati supaya bisa lebih baik. Nabi saww mengatakan bahwa telah membantunya sejak umur 14 tahun. Beliau ra pun, mengingat-ngingat apa yang terjadi pada tahun itu. Beliau ra ingat, bahwa tahun itu, tahun pertama beliau ra memakai serban.

Sebagaimana maklum, memakai serban untuk para pelajar agama, biasanya dilakukan melalui peresmian dalam upacara nasihat dan doa oleh para ulama besar.

Hikmah Cerita
Biasanya guru-guru akhlak sering membawakan cerita hikmah dari para tokoh. Dari cerita beliau ra di atas, biasanya penekanannya kepada menjauhi dosa dan hal-hal yang tidak perlu. Karena itu, dikatakan, sejak kecil 'Allaamah Thabathabai ra, kalau berjalan di jalan, selalu menundukkan kepala supaya tidak menengok dosa dan supaya tidak menengok apapun yang tidak perlu, seperti melihat barang di toko padahal tidak mau membelinya.

Itulah yang dikatakan para pembesar ulama seperti imam Khumaini ra dan Ayatullah Jawadi Amuli hf dan yang lainnya, bahwa hati/akal itu harus disehatkan dulu sebelum ditumpahi ilmu agama karena kalau tidak, maka sekalipun mendapatkan ilmu agama, maka akan digunakan untuk jalan dunia, Bukan akhirat. Dan, kalau sudah disehatkan, yakni akalnya difungsikan supaya dapat mengontrol daya-daya lainnya seperti khayal, nafsu dan seterusnya, maka ia akan mendapat pertolongan Allah dalam memahami banyak hal dan, akan mendapat kekuatan lebih untuk lebih mengontrol daya-daya ruh lainnya itu.

Jangan Salah Paham
Dengan semua uraian itu, janganlah memahmi cerita ajib atau karamah di Syi'ah, seperti sewaktu kita di Sunni yang mau terbang dengan kemalasan belajar dan hanya bertabarruk dengan ini dan itu lantaran percaya takdir Tuhan atas nasib manusia. Jalan dalam semua karamah dan keajaiban itu, adalah jalan Islam. Tidak lebih. Yaitu, usaha dalam mewujudkan potensi dalam diri dengan takwa (menjauhi semua dosa dan melakukan semua kewajiban), lalu setelah itu barulah ia layak mendapatkan apapun pertolongan itu. Sementara salah satu jalan takwa itu, yaitu yang menjauhkan kita dari dosa itu, adalah belajar fikih atau akidah dan mengamalkannya.

Karena itu jiwa tabarruk itu jangan dipahami negatif, yakni datang pada orang yang tidak potensial, tapi harus dipahami secara positif, yaitu datang pada orang yang potensial. Tentu saja, kalau hanya pahala, maka dengan tabarruk sudah bisa didapatkan. Karena tabarruk itu sudah menandakan keimanan pada yang ditabarruki dan tawadhu padanya serta menyintai yang dicintai Tuhan. Semua ini, sudah cukup mendatangkan pahala. Tapi untuk hajat-hajatnya, seperti pandai, cerdas, takwa dan seterusnya harus dilengkapi dengan usaha keras melakukan semua mukaddimah-mukaddimahnya atau prasyarat-prasyaratnya, seperti belajar, menjauhi dosa, dan seterusnya sesuai dengan berbagai ragam hajat yang diinginkan dari tabarruk itu.

Karena itu, tabarruk bukan ingin membuat manusia menjadi malas. Tapi sebaliknya, ingin membuatnya optimis, bangkit mencontoh yang ditabarruki untuk mencapai hajat-hajatnya di dunia ini atau di akhirat kelak. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar