Seseorang telah bertanya
kepada Imam Ali as, “Jika hak kekhilafahan Anda didasari nash-nash yang jelas, mengapa
Anda tidak menuntut hak kekhilafahannya ketika Abu Bakar mengambil alih
kekhilafahan setelah Rasulullah Saw wafat?” Imam Ali as menjawab pertanyaan ini: “Demi Allah, bukannya aku
takut (tidak ada yang menghalangiku dari rasa takut) dan bukan pula aku takut
mati, akan tetapi saudaraku, Rasulullah Saw telah mencegahku, seraya berkata
kepadaku: “Wahai Abal Hasan, sesungguhnya umat ini akan mengingkari (hak
kekhilafahan)mu sedangkan engkau melaksanakan janjiku sebagaimana Harun kepada
Musa.”
Aku (Imam Ali) pun
bertanya kepada Rasulullah Saw: “Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku
apabila hal ini terjadi?” Nabi Saw menjawab, “Apabila engkau mendapatkan
sahabat-sahabat yang menolong maka tahanlah tanganmu dan peliharalah darahmu
sampai engkau menyusulku sesudah engkau dizalimi.”
Ima Ali as berkata,
“Sesungguhnya aku ini mengambil suri tauladan tujuh para nabi. Yang
pertama, adalah Nabi Nuh as yang ketika mengadu kepada Tuhannya: “Maka
dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya: Bahwasanya aku ini adalah orang yang
dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah,” (QS Al-Qamar [54] ayat 10).
Dan yang kedua,
adalah Nabi Ibrahim al-Khalil as yang berkata, “Dan Dan aku akan
menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah,” (QS
Maryam [19] ayat 48).
Dan yang ketiga adalah
Nabi Luth as yang mengatakan, “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan
atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat,” (QS Hud
[11] ayat 80).
Dan yang keempat,
adalah Nabi Yusuf as yang mengatakan : “Wahai Tuhanku, penjara lebih
aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk dan
tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh,” (QS Yusuf [12] ayat 33).
Dan yang kelima,
Nabi Musa as yang berkata, “Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika
aku takut kepadamu,” (QS Al-Syu’ara [26] ayat 21).
Dan yang keenam,
adalah Nabi Harun as yang berkata kepada Nabi Musa as, “Sesungguhnya
kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku,”
(QS Al-A’raf [7] ayat 150).
Adapun yang ke
tujuh adalah Rasulullah Saw yang ketika menyelamatkan diri dari kaum
Musyrik Quraisy menuju sebuah gua (Tsur).
Seseorang telah bertanya
kepada Imam Ali al-Ridha as: “Mengapa Imam Ali tidak melawan (memerangi)
musuh-musuhnya selama 25 tahun sesudah Rasulullah Saw wafat, akan tetapi beliau
memerangi mereka saat beliau menjadi khalifah?”
Imam Ali al-Ridha as
menjawab : “Karena beliau mengikuti jejak langkah Rasulullah Saw yang
membiarkan kaum musyrikin dan tidak memerangi mereka di Makkah selama 13 tahun
setelah kenabiannya. Dan itu beliau lakukan dikarenakan jumlah pendukung beliau
masih teramat sedikit. Begitu pulalah yang dilakukan Imam Ali as.
Dan apabila kita megikuti
Al-Quran yang mulia, kita akan menemukan 2 macam argumen yang sangat kuat. Yang
pertama adalah al-Quran yang meyuruh beliau bersabar atas gangguan kaum
musyrikin: “Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan
janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS
Al-Nahl [16] ayat 126).
“Dan bersabarlah
terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.”
(QS Al-Muzzamil [73] ayat 10).
“Maka bersabarlah
kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah
bersabar.” (QS Al-Ahqaaf [46] ayat 35).
“Dan bersabarlah
dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan
Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.”
(QS 52 : 48).
Dan satu macam lagi
al-Quran yang mulia menyuruh beliau berperang: “Janganlah kamu lemah dan
minta damai padahal kamulah yang di atas.” (QS Muhammad [47] ayat 35).
“Perangilah mereka,
niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan tangan-tanganmu dan Allah
akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati
orang-orang yang beriman.” (QS Al-Taubah [9] ayat 14).
“Apabila kamu
bertemu dengan orang-orang yang ingkar maka pancunglah batang leher mereka.
Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka.”
(QS Muhammad [47] ayat 4).
Allah telah menyampaikan
kepada Nabi-Nya ayat-ayat agar beliau bersabar ketika jumlah sahabat-sahabat
beliau belum memadai, namun Dia juga memerintahkan Nabi-Nya menggunakan
kekerasan ketika Nabi Saw telah memiliki kekuatan yang seimbang dengan musuh
dan menghancurkan para mufsidin sampai ke akar-akarnya. Dan dengan
hujjah-hujjah ini, jelaslah bahwa sesungguhnya sabar itu baik dalam beberapa
keadaan tertentu, tapi tidak seluruhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar