Dalam kitabnya, as Sirah
an Nabawiyyah wa Akhbar al Khulafa halaman 560, al Hafiz Ibnu Hibban menulis
(berdasarkan riwayat yang tsiqah): Di hari itu, yang mengambil tugas memotong
kepala al Hussain bin Ali bin Abi Thalib adalah Syimir bin Dzil Jausyan.
Kemudian Ubaidillah bin Ziyad mengirim kepala al Hussain bin Ali ke Syam bersama para tawanan wanita dan anak-anak dari Ahlulbait
Rasulullah saaw. Mereka ditempatkan di atas pelana-pelana, dengan wajah dan
rambut mereka terdedah. Setiap
kali berhenti di suatu tempat untuk beristirahat, para pengawal mengeluarkan
kepala al Hussain dari peti dan menancapkan kepala itu pada hujung tombak.
Mereka mengawalnya
sehingga tiba waktu berangkat. Kemudian, kepala itu dikembalikan lagi ke dalam
peti. Lalu mereka berangkat pergi. Mereka singgah di sebuah tempat yang di sana
ada sebuah biara milik seorang pendeta. Seperti biasa mereka mengeluarkan
kepala itu, lalu menancapkannya ke hujung tombak.
Tombak itu disandarkan ke
biara. Pendeta Nasrani itu menyaksikan cahaya terang di malam hari memancar ke
langit dari biaranya. Ia lalu mendekati para pengawal seraya bertanya: “Siapakah
kalian?” Para pengawal pun menjawab: “Kami penduduk Syam”. “Kepala ini,
siapakah dia?” Tanya sang pendeta. “Kepala Hussain bin Ali” jawab mereka. “Seburuk-buruk
bangsa adalah kalian”, kata sang pendeta. “Demi Allah, andai Isa mempunyai
putera pasti kami masukkan ke laman-laman kami”.
Kemudian sang pendeta
berkata, “Wahai sekalian orang. Aku mempunyai 10,000 dinar yang aku warisi dari
ayahku. Ayahku mewarisinya dari ayahnya. Maukah kalian berikan kepala ini
kepadaku, untuk satu malam ia bersamaku, dan untuk itu aku berikan pada kalian
10,000 dinar itu?" “Ya” jawab mereka. Lalu sang pendeta membawa turun dari
biara dan memberikan mereka dinar-dinar itu. Mereka menyewa tukang emas, maka
dinar-dinar itu ditimbang dan diperiksa kadar keasliannya. Kemudian dimasukkan
ke dalam kantong dan dimasukkan ke dalam peti. Kemudian mereka menyerahkan
kepala Hussain bin Ali itu kepada sang pendeta. Pendeta itu membersihkan kepala
itu dan kemudian meletakkannya di atas haribaannya. Ia hanyut dalam tangisan
sepanjang malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar