Pernah di suatu ketika 
Sebuah puisi adalah raung sunyi
Dan sebentuk wajah
Juga selembar kertas
Yang tak sempat kautulisi kata.
Sebuah puisi adalah raung sunyi
Dan sebentuk wajah
Juga selembar kertas
Yang tak sempat kautulisi kata.
Aku kehilangan bahasaku 
Ketika televisi dan iklan
Begitu riuh jadi dogma baru.
Agama berubah kepalsuan
Dan mimbar-mimbar pertukaran.
Ketika televisi dan iklan
Begitu riuh jadi dogma baru.
Agama berubah kepalsuan
Dan mimbar-mimbar pertukaran.
Di mana harus kutemukan 
Lembar-lembar firman yang kudus
Dan suci? Ketika mesjid-mesjid
Telah diganti pusat-pusat transaksi
Yang dikhutbahkan para selebriti.
Lembar-lembar firman yang kudus
Dan suci? Ketika mesjid-mesjid
Telah diganti pusat-pusat transaksi
Yang dikhutbahkan para selebriti.
Para pendakwah bicara surga 
Seakan komoditas milik mereka
Yang selalu siap diperjual-belikan
Di ajang-ajang penjagalan
Dan sirkulasi bursa-bursa saham.
Seakan komoditas milik mereka
Yang selalu siap diperjual-belikan
Di ajang-ajang penjagalan
Dan sirkulasi bursa-bursa saham.
Tafakur
Subuh 
Biarkan dua matamu dibasuh subuh 
Dengan air wudhu di telapak tanganmu.
Semalam embun tak ada
Sebab deras hujan
Telah menggantikan langkah-langkah
Jarum jam.
Dengan air wudhu di telapak tanganmu.
Semalam embun tak ada
Sebab deras hujan
Telah menggantikan langkah-langkah
Jarum jam.
Biarkan air wudhu menyentuh wajahmu 
Setelah semalaman kau lelap tertidur
Dan fajar akan menghitung
Adakah rakaat sembahyangmu
Seikhlas kau jatuh cinta
Setelah semalaman kau lelap tertidur
Dan fajar akan menghitung
Adakah rakaat sembahyangmu
Seikhlas kau jatuh cinta
Pada kata yang jadi umpama.
Oh jangan dengarkan, duh Adik tercinta, 
Mereka yang bicara agama
Layaknya para penjaja harta benda.
Mari aku bisikkan kepadamu
Mereka yang bicara agama
Layaknya para penjaja harta benda.
Mari aku bisikkan kepadamu
Kenapa kita tak pernah bosan
Untuk bertanya. 
Jangan, duh Adik, jangan dengarkan
Para pengkhotbah dan kaum berjubah
Yang menganggap iman
Seakan hanya miliknya.
Jangan, duh Adik, jangan dengarkan
Para pengkhotbah dan kaum berjubah
Yang menganggap iman
Seakan hanya miliknya.
Mereka tak mengerti kenapa kita 
Menulis puisi dan bergembira
Dengan segala yang menyimpan
Tanda tanya. Dengan segala
Yang membuat kita heran dan tertawa.
Menulis puisi dan bergembira
Dengan segala yang menyimpan
Tanda tanya. Dengan segala
Yang membuat kita heran dan tertawa.


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar