“Kesuksesan kehidupan Muhammad yang luar biasa disebabkan semata-mata
oleh kekuatan akhlak, bukan pukulan pedang.” (Edward
Gibbon)
Michael H. Hart, Profesor astronomi,
fisika dan sejarah sains: “Pilihan saya menempatkan Muhammad di urutan teratas dalam daftar
orang-orang yang paling berpengaruh di dunia boleh jadi mengejutkan para
pembaca dan dipertanyakan oleh banyak orang, tetapi dia (Muhammad) adalah
satu-satunya manusia dalam sejarah yang sangat berhasil dalam dua tataran
sekaligus, agama (ukhrawi) dan sekular (duniawi).” [The 100: A
Ranking Of The Most Influential Persons In History, New York, 1978, h. 33].
William Montgomery Watt, Profesor
(Emeritus) Studi Bahasa Arab dan Islam di University of Edinburgh: “Kerelaannya dalam
mengalami penganiayaan demi keyakinannya, ketinggian akhlak orang-orang yang
mempercayainya dan menghormatinya sebagai pemimpin, dan kegemilangan prestasi
puncaknya —semua itu membuktikan ketulusan hatinya yang sempurna. Tetapi
kenyataannya, tak seorang tokoh besar pun dalam sejarah yang sangat kurang
dihargai di dunia Barat seperti Muhammad. Menganggap Muhammad sebagai seorang
penipu akan menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang memecahkannya.”
[Mohammad At Mecca, Oxford, 1953, h. 52].
Alphonse de Lamartine
(1790-1869),
Penyair ,negarawan, dan filsuf Prancis: “Ia merupakan cermin kecerdasan filsuf, orator,
utusan Tuhan, pembuat undang-undang, pejuang, penakluk pikiran, pembaru
dogma-dogma rasional dan penyembahan kepada Tuhan yang tak terperikan; pendiri
dua puluh kerajaan bumi dan satu kerajaan langit, dialah Muhammad. Berkaitan
dengan semua norma yang menjadi tolak ukur kemuliaan manusia, kita boleh
bertanya, adakah manusia yang lebih besar daripada dia?” [Histoire
De La Turquie, Paris, 1854, vol. II, h. 276-277].
Reverend Bosworth Smith
(1794-1884),
Mantan pengawas Trinity College, Oxford: “… Dia Caesar sekaligus Paus; tetapi dia adalah Paus
tanpa pangkat Paus dan Caesar tanpa pasukan Caesar. Tanpa tentara tetap, tanpa
pengawal, tanpa istana, tanpa pendapatan tetap, jika pernah ada manusia yang
memiliki hak untuk mengatakan bahwa dia diperintah oleh Tuhan Yang Maha Benar,
dialah Muhammad; karena dia memiliki semua kekuasaan tanpa peralatan dan
pendukung untuk itu.” [Mohammed and Mohammedanism, London,
1874, p. 235].
Mohandas Karamchand Gandhi
(1869-1948),
Pemikir, negarawan, dan pemimpin nasionalis India: “…. Saya semakin yakin
bahwa bukanlah pedang yang menaklukkan sebuah daerah bagi Islam untuk hidup
pada zaman itu. Kesederhanaan yang teguh, nabi yang sama sekali tidak
menonjolkan-diri, kesetiaannya yang luar biasa kepada janjinya, kasih sayangnya
yang amat besar kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya,
kepercayaannya yang mutlak kepada Tuhan dan kepada misinya; inilah, dan bukan
pedang, yang mengantarkan segala sesuatu di hadapan mereka dan mengatasi setiap
masalah.” [Young India, 1928, Volume X].
Edward Gibbon
(1737-1794),
sejarawan Inggris terbesar di zamannya: “Kesuksesan kehidupan Muhammad yang luar biasa
disebabkan semata-mata oleh kekuatan akhlak, bukan pukulan pedang.”
[History Of The Saracen Empire, London, 1870].
David George Hogarth
(1862-1927),
ahli arkeologi Inggris, penulis, dan pengurus Museum Ashmolean, Oxford: “Tindak-tanduk
kesehariannya, yang serius ataupun yang sepele, menjadi hukum yang ditaati dan
ditiru secara sadar oleh jutaan orang masa kini. Tak seorang pun diperhatikan
oleh golongan umat manusia mana pun seperti Manusia Sempurna ini yang
diteladani secara saksama. Tingkah laku pendiri agama Kristen tidak begitu
mempengaruhi kehidupan para pengikut-Nya. Selain itu, tak ada Pendiri suatu
agama yang dikucilkan tetapi memperoleh kedudukan mulia seperti Rasul Islam.”
[Arabia, Oxford, 1922, h. 52].
Washington Irving
(1783-1859),
sastrawan Amerika pertama: “Dia makan secara sederhana dan bebas dari minuman keras, serta sangat
gemar berpuasa. Dia tidak menuruti nafsu bermewah-mewah dalam berpakaian, tidak
pula ia menuruti pikiran yang sempit; kesederhaannya dalam berpakaian
dilatarbelakangi oleh sikapnya yang tidak mempedulikan perbedaan dalam hal-hal
yang sepele…. Dalam urusan pribadinya dia bersikap adil. Dia memperlakukan
kawan dan orang asing, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah,
dengan cara yang adil. Dia dicintai oleh rakyat jelata karena dia menerima
mereka dengan kebaikan hati dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka….
Keberhasilan militernya bukanlah kemenangan yang sia-sia dan sekali-kali tidak
membuatnya merasa bangga, karena tujuan semuanya itu bukan untuk kepentingan
pribadinya. Ketika dia memiliki kekuasaan yang amat besar, ia tetap sederhana
dalam sikap dan penampilannya, sama seperti ketika dia dalam keadaan sengsara.
Sangat berbeda dengan seorang raja, dia tidak suka jika, ketika memasuki
ruangan, orang menunjukkan penghormatan yang berlebihan kepadanya.”
[Life of Mahomet, London, 1889, h. 192-3, 199].
Annie Besant
(1847-1933),
teosof Inggris dan pemimpin nasionalis India, Presiden Kongres Nasional India
pada 1917: “Siapa
pun yang mempelajari kehidupan dan sifat Nabi besar dari jazirah Arabia ini,
siapa pun yang mengetahui bagaimana ia mengajar dan bagaimana ia hidup, pasti
memberikan rasa hormat kepada Nabi agung itu, salah seorang utusan Tuhan yang
luar biasa. Dan meskipun dalam uraian saya kepada Anda akan tersebut banyak hal
yang barangkali sudah biasa bagi kebanyakan orang, akan tetapi setiap kali saya
membaca-ulang tentang dia, saya sendiri merasakan lagi kekaguman yang baru,
menimbulkan lagi rasa hormat yang baru kepada guru bangsa Arab yang agung itu.”
[The Life and Teachings of Muhammad, Madras, 1932, h. 4].
Edward Gibbon
(1737-1794),
sejarawan terbesar Inggris di zamannya: “Memorinya (yakni, Muhammad) sangat besar dan kuat,
sikapnya sederhana dan ramah, imajinasinya agung, keputusannya jelas, cepat,
dan tegas. Dia memiliki keberanian berpikir maupun bertindak.” [History
of the Decline and Fall of the Roman Empire, London, 1838, vol.5, h.335].