Label

Pilihan Strategis dalam Kekuatan Globalisasi


Oleh Zetira Kenang Kania

Dunia selalu berkembang dengan dinamis. Tidak pernah ada satu hal pun yang bergerak secara statis selama dunia ini masih berkembang. Begitu pula dengan studi Hubungan Internasional. Hubungan Internasional sendiri mengupas dan menelaah fenomena-fenomena yang terjadi di dunia serta segala implikasinya. Maka tidak heran jika banyak sekali perspektif-perspektif yang kemudian muncul dalam studi Hubungan Internasional ini. Perspektif-perspektif yang muncul pun selalu mengangkat permasalahan baru serta cara berpikir dan melihat suatu fenomena yang baru. Masing-masing perspektif baru di luar mainstream Hubungan Internasional ini menawarkan cara berpikir yang lebih kritis terhadap fenomena-fenomena global. Tidak hanya politik, namun juga dari segi lingkungan dan sastra. Namun, pada masa dunia kita ini memasuki sebuah proses yang kompleks melalui batasan ruang dan waktu yang biasa kita sebut globalisasi, sudah saatnya bagi kita untuk mencari suatu solusi yang dapat menjadi pisau yang dinamis juga fleksibel dalam menerjemahkan fenomena-fenomena yang ada dalam Hubungan Internasional serta semua implikasinya.

Dalam era globalisasi, dunia menjadi tempat yang tidak asing lagi bagi kita untuk menemukan banyak bentuk-bentuk komunitas baru yang bermunculan. Kelompok persaudaraan, komunitas lokal, nasional, transnasional, asosiasi pengetahuan, organisasi non-govermental, dan komunitas virtual muncul berkat adanya kemajuan dalam bidang teknologi sehingga mempermudah proses komunikasi dan penyebaran informasi (Linklater, 2001). Maka kemudian tidak mengherankan jika saat ini kita semua memerlukan sebuah perspektif yang sangat strategis dalam melihat dan menerjemahkan fenomena-fenomena yang ada sehingga kita semua sama-sama dapat memecahkan masalah yang terjadi dalam hubungan internasional.

Selain itu, era globalisasi juga menonjolkan beberapa aktor yang memiliki peranan sangat penting dalam Hubungan Internasional. Meskipun demikian, negara tetaplah menjadi aktor utama. Secara sekilas mungkin apa yang terjadi saat ini seolah-olah membenarkan ideology liberalisme yang menguat setelah peristiwa perang dingin. Sehingga perspektif-perspektif lainnya yang ada dalam koridor mainstream Hubungan Internasional terlihat usang karena dianggap tidak lagi relevan dengan keadaan dunia di era kontemporer ini. Oleh karena itu, munculah sebuah kajian studi globalisasi yang dapat megupas tuntas masalah-masalah yang terjadi dalam Hubungan Internasional melalui berbagai macam perspektif dan relevan dengan situasi dunia saat ini (Webber, 2005:104)

Dalam kajian studi gobalisasi strategis ini, terdapat beberapa argument yang kemudian menjadi acuan tentang bagaimana seharusnya kita mempertanyakan dan melihat apa yang terjadi di dunia ini. Argumen- argument tersebut antara lain : apakah negara harus dilibatkan dalam pendistribusian, alokasi sumber daya alam, dan kekayaan hasil pasar, negara hanya mampu menjaga kedaulatannya namun tidak dapat menjaga roda perekonomian, perspektif-perspektif mainstream yang ada dalam Hubungan Internasional dianggap sangat using, misalnya pendapat kaum realis yang menyatakan tentang absolutnya posisi negara dan sistem anarki, begitu pula dengan pendapat kaum liberal yang dinilai sangat utopis karena beranggapan bahwa organisasi dan kerjasama antar negara dapat menjaga stabilitas dunia.

Andrew Linklater juga menambahkan bahwa terdapat tiga pendekatan yang dapat menjelaskan fenomena-fenomena dalam Hubungan Internasional mendekati asumsi dasar dalam kajian studi globalisasi strategis. Tiga pendekatan tersebut antara lain : cosmopolitasnism, post-modernism, dan communitarianism. Namun, jika ketiga perspektif ini berjalan secara independesn, maka tetap saja tidak dapat memberikan titik terang bagi perkembangan Hubungan Internasional. Karena seperti perspektif-perspektif lainnya dalam Hubungan Internasional, selalu ada kekurangan dan selalu ada bagian yang dikritisi tentang kejelasan teori dan relevansinya dengan masalah-masalah yang ada dalam Hubungan Internasional saat ini.

Pada dasarnya, teori memang ada sebagai alat bantu bagi kita memecahkan masalah-masalah yang ada dan memberikan titik terang tentang suatu alternative di tengah masalah-masalah yang ada melalui hasil pengamatan dan pendekatan-pendekatan dalam menghadapi isu-isu yang ada (Powell & Lake, 1999:3). Namun, perspektif-perspektif mainstream yang ada dalam Hubungan Internasional sendiri ternyata tidak dapat sepenuhnya menjangkau perkembangan dunia yang selalu dinamis. Ketika dunia ini dipercaya telah masuk dalam sebuah proses yang kompleks dan unik yang dikenal sebagai globalisasi, maka sudah saatnya perspektif-perspektif yang ada dalam Hubungan Internasional menyeret beberapa aspek-aspek lain yang tidak turut dipertimbangkan dalam perspektif-perspektif sebelumnya. Setelah ditelaah, ternyata disiplin ilmu Hubungan Internasional telah mengupayakan untuk memberikan suatu pendekatan baru yang mampu menarik segala perbedaan dari perspektif-perspektif yang sudah ada sebelumnya dan mengkaji ulang semuanya yang ada dalam Hubungan Internasional sehingga mendapatkan pendekatan yang strategis.

Pendekatan perspektif yang strategis juga memiliki parameter tersendiri. Tiga elemen prisnsip dasar yang dimiliki pendekatan strategis ini antara lain : membuat analisis dari permasalahan interaksi yang strtegis, cara untuk menyelenggarakan riset pada interaksi strategis yang bermunculan dalam kajian studi Hubungan Internasional, dan yang terakhir adalah pendekatan metodologi untuk menganalisa masalah strategis. Ketiga prinsip dasar ini harus dicapai tiap tujuannya, karena pendekatan strategis ini bertujuan untuk mendobrak perspektif-perspektif mainstream yang ada dalam Hubungan Internasional dan ingin mengungguli perspektif-perspektif yang sudah ada sebelumnya (Lake & Powell, 1999:4). Memang sebenarnya intisari perspektif pendekatan strategis ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru karena beberapa asumsi dasar telah diterapkan kaum-kaum aliran klasik yang mengkaji Hubungan Internasional seperti Waltz yang mengakui strategi aktor- aktor independen serta Kaplan dan Schelling yang mengatakan bahwa strategi merupakan hal paling penting yang harus ada dalam sebuah perspektif Hubungan Internasional sehingga dapat menjadi “pisau” yang selalu fleksibel dan relevan dengan masalah dan situasi yang dihadapi di dunia.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seiring perkembangan dunia yang dinamis ini, maka perkembangan perspektif-perspektif Hubungan Internasional juga tidak akan pernah padam. Akan selalu ada perspektif-perspektif baru yang semakin lama semakin kompleks tanpa menggeser keberadaan posisi teori-teori lama, baik klasik maupun modern.

Sumber: Lake, David A. & Powell, Robert, 1999. International Relations: A Strategic-Choice Approach, in; David A. Lake & Robert Powell (eds.), Strategic Choice and International Relations, Princeton University Press, pp. 3-38. Linklater, Andrew, 2001. Globalization and the transformation of political community, in; John Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization of World Politics, 2nd edition, Oxford, pp. 617-633. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar