Hendak Kukatakan Padamu
Hendak
kukatakan kepadamu: aku mencintaimu
kala
seluruh bahasa asmara yang purba kini tiada
hingga
tak ada sedikit pun yang tersisa dari ungkapan atau tindakan para pencinta
kala
itu pula kewajibanku akan bermula
untuk
mengubah bebatuan alam semesta
untuk
mengubah arsitektur-arsitektur bangunannya
pohon
demi pohon
bintang-gemintang
dan
puisi demi puisi
Hendak
kukatakan kepadamu: aku mencintaimu
kala
kurasa sajak-sajakku telah berhak atasmu
kala
jarak melipat dirinya antara kedua matamu dan buku-bukuku
kala
udara yang kau embuskan menerobos paru-paruku
dan
tangan yang kau letakkan di atas sofa mobil itu
adalah
tanganku
akan
kukatakan semua itu saat aku mampu
menghadirkan
kembali masa kanak-kanakku, kawanan kuda, para prajurit
dan
perahu-perahu kertasku
menghadirkan
kembali zaman biru denganmu di tepi pantai Beirut
ketika
kau mengigil bagaikan ikan di antara jari-jemariku
akan
kuselimuti kau, saat kau mengantuk
dengan
seprai yang terbuat dari bintang-bintang musim panas
Hendak
kukatakan kepadamu: aku mencintaimu
kala
kurasa bumi berotasi hanya untukmu
bulir-bulir
gandum matang, hanya untukmu
musim-musim
bergantian, hanya untukmu
sumber-sumber
mata air memancar
peradaban-peradaban
kian maju
burung-burung
pipit bisa terbang
kupu-kupu
bisa melukis
dan
aku mencapai nubuwah
hanya
untukmu
Hendak
kukatakan kepadamu: aku mencintaimu
kala
batas-batas akhir antara kau dan puisi telah berakhir
hingga
tidur di atas kertas-kertas oretanku menjelma
hasrat
sekaligus kebingungan seperti tengah tidur bersamamu
hal
itu tak semudah yang kau bayangkan
sebab
aku tak bisa mencintai perempuan
di
luar ketukan ritme syair-syair
sebab
aku tak bisa memulai percakapan dengan tubuh yang tidak bisa kueja
kata
demi katanya
sepenggal
demi sepenggal kalimatnya
sesungguhnya
aku terbebas dari belenggu para intelektual
akan
tetapi jiwaku menolak orang-orang yang tidak bisa bicara dengan cerdas
dan
mata yang tidak melemparkan pertanyaan
sebab
syarat hasrat yang kumiliki, terikat dengan syarat-syarat puisi
maka
perempuan adalah puisi, di mana aku mati saat menuliskannya
di
mana aku mati saat melupakannya
(Diterjemahan
oleh Moh. Husain)
Ketika Aku Mencintaimu
Ketika
aku mencintaimu
Bahasa
baru rekah
Kota-kota
baru, negeri-negeri baru terjelajahi.
Waktu
bernafas bagai anak anjing,
Biji
gandum tumbuh antara halaman buku,
Burung-burung
terbang dengan sepasang lebah madu dari kerling matamu
Rombongan
kafilah membawa ramuan India, datang dari sepasang payudaramu
Buah
mangga berjatuhan, hutan-hutan menyimpan unggunan api
Dan
berbunyilah drum orang-orang Nubi.
Ketika
aku mencintaimu, payudaramu berguncang menahan malu,
Berubah
jadi halilintar dan petir, jadi pedang, jadi badai pasir
Ketika
aku mencintaimu, kota-kota Arab melonjak-lonjak dan berdemonstrasi
Melawan
zaman represi
Dan
zaman-zaman pembalasan melawan hukum adat.
Dan
aku, ketika aku mencintaimu
Berlari
melawan kebobrokan
Melawan
raja lautan,
Melawan
institusi-institusi gurun pasir.
Dan
aku akan terus mencintaimu sampai tiba banjir dunia
Aku
akan terus mencintaimu sampai tiba banjir dunia.
Pelajaran Menggambar
Anakku
meletakkan buku gambarnya di depanku
dan
memintaku menggambar tangkai gandum
Aku
meraih pensil
dan
menggambar sepucuk senapan
Anakku
mencelaku,
ia berseru
dengan gaya seorang ahli:
“Tidakkah
kau tahu, Ayah, beda antara
tangkai
gandum dan senapan?”
Kukatakan
kepadanya,
“Anakku,
kita pernah tahu
bentuk
tangkai gandum
bentuk
sekerat roti
dan
mawar-mawar.
Tapi
pada masa segenting ini
pohon-pohon
hutan telah bergabung
dengan
para tentara
sedangkan
mawar-mawar
mengenakan
seragam yang kusam.
Ketika
tangkai gandum telah jadi senjata
ketika
burung-burung bersenjata
budaya
bersenjata
dan
agama bersenjata
kau
tak bisa membeli roti
tanpa
menemukan peluru di dalamnya
kau
tak bisa memetik mawar
tanpa
durinya melukai wajahmu
kau
tak bisa membeli sebuah buku
yang
tak akan meledak di antara jari-jarimu.
Bahasa
Bila
seorang lelaki jatuh hati
Mungkinkah
terucap kata-kata purba?
Mestikah
seorang perempuan
Hendaki
kekasihnya
Terbaring
Antara
tata bahasa dan ahli bahasa?
Tak
ada yang kuucap
Pada
perempuan tercinta
Kecuali
pertemuan
Cinta
adalah kata sifat yang menyelinap ke dalam koper
yang
melarikan diri dari semua bahasa.
Cahaya Lebih Penting Dari Lentera
Cahaya
lebih penting dari lentera
Puisi
lebih penting dari buku catatan
Dan ciuman
lebih penting dari bibir.
Suratku
padamu
Lebih
agung dan lebih bermakna dari kita berdua.
Tak
lebih dari surat-surat perjalanan
Tempat
orang-orang akan jelajahi
Kecantikanmu
dan
juga kegilaanku.
Aku Taklukan Dunia Dengan Kata-Kata
Kutaklukan
dunia dengan kata-kata,
Kutaklukan
bahasa ibu,
verba,
kata sifat, kalimat.
Kuhapus
permulaan segala ihwal
Dan
dengan bahasa baru
Yang
penuh alunan irama air, pesan dari api
Kuterangi
abad yang akan tiba
Dan
kuhentikan waktu di sepasang matamu
Dan
kuseka baris
Yang
memisah
Waktu
dari masa kini
Peramal
Dengan
mata yang cemas
dia
duduk
merenungi
gelas yang terbuka
kemudian
berkata,
“tak
usah bersedih, anakku
kau
telah ditakdirkan untuk jatuh cinta.”
anakku,
siapa pun yang mengorbankan dirinya
untuk
kekasihnya
adalah
seorang martir.
telah
lama kupelajari ramalan
namun
tak pernah kubaca gelas seperti milikmu
telah
lama aku belajar ramalan
dan
tak pernah kulihat penderitaan
seperti
penderitaanmu
kau
telah ditakdirkan
terus
berlayar dalam lautan cinta
kehidupanmu
telah ditakdirkan
menjadi
buku air mata
dan
terus terpenjara
di
antara api dan air
namun
di balik seluruh kepedihan
di
balik kesedihan yang mengurung kita
siang
dan malam
di
balik angin
udara
yang basah
dan
hembusan siklon
ada
cinta, anakku
yang
akan tetap
menjadi
hal terbaik
dari
sebuah takdir
akan
ada seorang perempuan
dalam
hidupmu, anakku
maha
besar tuhan!
matanya
sungguh indah
mulut
dan desah tawanya
dipenuhi
bebungaan dan melodi
kecintaan
dan kegilaannya pada kehidupan
melingkupi
dunia
seorang
perempuan yang kau cintai
adalah
seluruh duniamu
namun
langitmu akan tetap mendung
jalanmu
tertutup,
tertutup,
anakku
kekasihmu,
anakku
tertidur
dalam istana
yang
dijaga ketat
siapa
pun yang mencoba
mendekati
dinding-dinding tamannya
atau
memasuki ruangannya
dan
menawarkan diri padanya
atau
mengurai sanggulnya
hanya
akan membuatnya musnah
hilang,
anakku
kau
akan mencarinya ke manapun, anakku
kau
akan bertanya pada gelombang laut
kau
akan bertanya pada pantai
kau
akan mengarungi samudra
dan
air matamu mengalir seperti sungai
dan
di akhir kehidupanmu
kau
akan mengetahui bahwa
kekasihmu
tak memiliki tanah,
tempat
tinggal, ataupun alamat
saat
itu kau tersadar
kau
telah mengejar
jejak-jejak
kabut
akan
sulit, anakku
mencintai
perempuan
yang
tak memiliki tanah
ataupun
tempat tinggal
Kita Akan Dianggap Teroris
kita
akan dianggap teroris
jika
kita berani menuliskan
puing-puing
tanah air
yang
berhamburan dan membusuk
dalam
kemunduran dan kekacauan
tentang
sebuah tanah air
yang
tengah mencari tempat
dan
tentang sebuah bangsa
yang
tak lagi memiliki wajah
tentang
tanah air
yang
tak mewarisi apapun
dari
puisi-puisi masa lalunya
yang
luar biasa
selain
ratapan dan elegi
tentang
tanah air
yang
tak memiliki apapun
dalam
horizonnya
tentang
kebebasan
beragam
kelompok dan ideologi
tentang
sebuah tanah air
yang
melarang kita
membeli
surat kabar
atau
mendengarkan segala sesuatu
tentang
sebuah tanah air
yang
melarang burung-burung bernyanyi
tentang
sebuah tanah air
yang
para penulisnya
terpaksa
menulis
dengan
tinta transparan
agar
terhindar dari kekejaman
tentang
tanah air
yang
menyerupai puisi di negeri kita
disusun,
diedarkan, hilang,
dan
tak memiliki batasan
dengan
lidah dan jiwa orang asing
memisahkan
lelaki dan tanahnya
menghapus
seluruh keadaan mereka
tentang
sebuah tanah air
yang
dinegosiasikan di sebuah meja
tanpa
harga diri
atau
pun sepatu
tentang
sebuah tanah air
yang
tak lagi memiliki lelaki-lelaki tabah
dan
hanya berisi para wanita
kegetiran
di mulut kita
dalam
kata-kata kita
dalam
mata kita
akankah
kekeringan juga menjangkiti jiwa kita
sebagai
sebuah warisan
dari
masa lalu?
tak
seorang pun tersisa di negeri kita
bahkan
sedikit kemenangan
tak
seorang pun berkata ‘tidak’
di
hadapan mereka
yang
menyerahkan tempat tinggal,
makanan,
dan mentega kita
mengubah
sejarah kita yang berwarna
menjadi
sebuah sirkus
kita
tak memiliki satu pun
puisi
yang jujur
puisi
yang tak kehilangan kemurniannya
di
tangan para penguasa harem
kita
telah terbiasa terhina
kita
tumbuh dengan penuh kehinaan
apakah
arti seorang lelaki
jika
ia merasa nyaman
dalam
keadaan seperti itu?
aku
cari-cari buku sejarah
aku
cari-cari orang-orang luar biasa
yang
akan mengeluarkan kita
dari
kegelapan
dan
menjaga perempuan-perempuan kita
dari
kekejian dan kekejaman
aku
mencari lelaki masa lalu
namun
yang kutemukan
hanyalah
kucing pengecut
yang
takut pada jiwa mereka sendiri
dan
kekuasaan para tikus
apakah
kita dipukul
oleh
nasionalisme buta
atau
kita menderita
buta
warna
kita
akan dianggap teroris
jika
kita menolak mati
di
bawah kekuasaan tirani israel
yang
merintangi persatuan kita
sejarah
kita
injil
dan quran kita
tanah
para nabi kita
jika
semua itu adalah dosa
dan
kejahatan kita
maka
terorisme
bukan
sesuatu yang buruk
kita
dianggap teroris
jika
kita menolak
disingkirkan
oleh orang-orang biadab,
mongol
maupun yahudi
jika
kita memilih menghancurkan
kaca-kaca
dewan keamanan
yang
dihuni oleh raja caesura
kita
akan dianggap teroris
jika
kita menolak berunding
dengan
serigala
dan
berbicara pada pelacur
amerika
menentang budaya manusia
karena
tak memiliki sesuatu
dan
melawan peradaban
karena
membutuhkan sesuatu
amerika
adalah bangunan raksasa
namun
tak memiliki dinding
kita
akan dianggap teroris
jika
kita menolak arus zaman
ketika
amerika yang arogan, kaya, dan kuat
menjadi
penerjemah orang-orang yahudi
Yerusalem (Al-Quds)
Aku
menangis
hingga
air mataku mengering
aku
berdoa
hingga
lilin-lilin padam
aku
bersujud
hingga
lantai retak
aku
bertanya
tentang
Muhammad dan Yesus
Yerusalem,
O
kota nabi-nabi yang bercahaya
jalan
pintas
antara
surga dan bumi!
Yerusalem,
kota seribu menara
seorang
gadis cilik yang cantik
dengan
jari-jari terbakar
Kota
sang perawan,
matamu
terlihat murung.
Oasis
teduh yang dilewati sang Nabi,
bebatuan
jalananmu bersedih
menara-menara
masjid pun murung.
Kota
yang dilaburi warna hitam,
siapa
yang akan membunyikan
lonceng-lonceng
makam suci
pada
hari Minggu pagi?
siapa
yang akan memberi mainan
bagi
anak-anak
pada
perayaan natal ?
Kota
penuh duka,
O,
air mata yang sangat besar
bergetar
di kelopak matamu,
siapa
yang akan menyelamatkan Injil?
siapa
yang akan menyelamatkan Quran?
siapa
yang akan menyelamatkan Kristus,
siapa
yang akan menyelamatkan manusia?
Yerusalem,
kotaku tercinta
esok
pepohonan lemonmu akan berbunga
batang
dan cabangmu yang hijau
tumbuh
dengan gembira
dan
matamu berseri-seri.
merpati-merpati
yang bermigrasi
akan
kembali ke atap-atapmu yang suci
dan
anak-anak akan kembali bermain
orang
tua dan anak-anak akan bertemu
di
jalananmu yang berkilauan
kotaku,
kota zaitun dan kedamaian.
*Nizar Qabbani lahir 21 Maret 1923 di
Damaskus, Suriah. Sastrawan Arab modern terbesar yang telah banyak melahirkan
berbagai karya sastra dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia. Ia
pernah bekerja sebagai diplomat. Perjalanan hidupnya banyak mengalami
ketertekanan dan penderitaan, berawal dari kematian saudara perempuannya karena
bunuh diri akibat menolak perjodohan dengan lelaki yang tidak dia cintai,
kematian anak lelakinya saat sedang kuliah kedokteran di Mesir, dan kematian
istrinya, Bilqis, wanita asal Irak yang terbunuh ketika perang sipil meletus
pada tahun 1981 di Lebanon. Nizar Qabbani meninggal pada 1 Mei 1998. Ia dijuluki
‘Raja Penyair Arab’.